Setting bak masa penjajahan itu memang sengaja direka sedemikian rupa untuk memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang yang terjadi tanggal 15 Oktober 1945 hingga 20 Oktober 1945. Ribuan warga Semarang yang berkumpul di kawasan Tugu Muda pun terhanyut dalam suasana itu.
Diawali dengan beberapa kali suara meriam, puluhan pemuda yang berperan sebagai warga pada masa itu memulai kisah ketika Jepang kembali dan berusaha menguasai Semarang pasca Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adegan peperangan antara masyarakat Semarang dan tentara Jepang menjadi dramatis ketika monumen Tugu Muda berubah-ubah warna secara perlahan. Teatrikal perjuangan berakhir ketika mayat-mayat pejuang dan tentara Jepang tergeletak dan dihampiri ibu-ibu yang menangisi suaminya karena gugur dalam perang.
Setelah itu dentuman kembali terdengar, namun kali ini berasal dari kembang api yang ditembakkan dari halaman gedung Lawang Sewu. Rentetan kembang api itu memukau ribuan warga yang ada di sana, mereka pun bertepuk tangan riuh.
Dalam upacara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro hadir selaku inspektur upacara. Purnomo mengatakan dirinya langsung bersedia ketika ditawari Wali Kota Semarang sebagai inspektur upacara.
"Ekspresi pemuda Indonesia waktu itu untuk mempertahankan kemerdekaan. Ini sejalan dengan kementrian pertahanan. Saya bersedia saat diminta menjadi inspektur upacara. Saya sambut dengan baik," kata Purnomo usai peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Peringatan pertempuran Lima Hari di Semarang kali ini memang disiapkan dengan sangat matang. Sekitar 1.000 peserta upacara dan 100 peserta drama pertempuran dari kalangan mahasiwa membuat acara tersebut sukses. Terlebih lagi empat layar lebar di pasang di setiap simpang jalan di kawasan Tugu Muda agar semua warga yang hadir bisa melihat dengan jelas aksi-aksi dalam peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang.
"Masyarakat Jateng, khususnya Semarang senang banget. Rakyat dan tentara jadi satu mempertahankan Republik, menunjukkan kekuatan saling menyatu. Fragmen tadi cerita tapi mengandung makna," pungkas Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Selain Menteri Pertahanan, turut hadir Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Tjahjo Kumolo. Sementara itu istri menteri pertahanan, Lis Poernomo juga melaunching buku berjudul Nganten Semarang dan Panca Wisata ing Semarang.
(alg/ahy)