Masing-masing mengenakan kemeja khas penuh warna, yang salah satunya adalah batik. Tidak hanya itu, mereka juga memegang angklung. Masing-masing dari mereka memegang dua angklung. Lalu mereka pun beraksi.
Pada awal mereka bermain, pengunjung utamanya yang dari Indonesia tidak begitu ngeh sebenarnya lagu apa yang dimainkan. Karena mereka tampaknya masih sedikit gugup dan lupa dengan nadanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru sekitar satu minggu bermain dan kemudian mereka memberanikan diri untuk tampil. Usai acara, salah satu dari mereka ditanya soal kesulitan bermain angklung. Jawabannya adalah susah.
"Susah," ujar Ueyama Ryunosuke (9) di pelataran Hotel Agora Regency.
Ryunosuke mengaku belajar selama 20 menit setiap hari. Menurutnya meski main angklung hanya 'digoyang-goyang' saja, dia masih kesulitan mengikuti ritme lagunya.
"Saya mau berusaha lebih bagus lagi mainnya," tuturnya.
Sakai Asean Week adalah acara tahunan yang rutin digelar oleh Pemerintah Kota Sakai, Prefektur Osaka, Jepang. Di acara puncaknya ini, semua kesenian dari negara-negara asean ditampilkan. Namun yang membawakan kesenian tersebut semua adalah orang Jepang.
Selain anak-anak SD yang bermain angklung itu, ada juga kesenian lain asal Indonesia yang ditampilkan, yakni Tari Bali. Tari Bali ini juga
dibawakan oleh orang Jepang. Tari ini paling membetot perhatian pengunjung karena selain tariannya yang enerjik, pemain gamelannya juga asli orang Jepang.
Tepuk tangan dari penonton berulang kali membahana. Mereka seolah paling tahu bahwa Bali adalah daerah wisata yang terkenal di
Indonesia.
Mariko, seorang penari sempat bercerita usai turun panggung. Grupnya diberikan nama Arjuna Srikandi.
"Saya gembira bisa bawakan Tari Bali. Saya mau berikan yang paling bagus," tutur Mariko yang bahasa Indonesianya terbata-bata ini.
Menurut Mariko, di Jepang, semua orang tahu Bali. Tapi orang Jepang tidak tahu kesenian dan kebudayaan Bali.
"Jadi saya mau kasitau kepada semua orang Jepang seni Bali," kata wanita 23 tahun ini yang terdengar ada logat Balinya.
Penampilan terakhir dari Indonesia adalah Gamelan. Kali ini dibawakan oleh sepasang suami istri yang cinta dengan kesenian gamelan dan
wayang. Mereka adalah Rofit Ibrahim dan Hiromi Sasaki. Rofit asli Sleman sementara Hiromi asli Osaka.
Ternyata kecintaan mereka akan kesenian Jawa menyatukan hati mereka dalam ikatan pernikahan. Kini, keduanya tinggal di Osaka dan memiliki
sanggar seni untuk berlatih dan 'menyebarkan' virus cinta gamelan dan wayang.
"Harapan saya bukan mau menciptakan seniman disini, tapi membuat orang Jepang suka akan gamelan dan wayang," tutur Rofit.
Sementara itu Konsul Ekonomi KJRI Osaka Siti Nizamiyah ditemui di lokasi yang sama mengatakan Indonesia tidak boleh kalah dari Jepang dari segi pariwisata. Menurutnya saat ini pemerintah Jepang sedang gencar menarik wisatawan Indonesia ke Jepang.
Jepang meilirik wisatawan Indonesia karena negeri ini sedang mengalami peningkatan ekonomi yang terus tumbuh. Hal itu dinilai akan berdampak
pada sektor pariwisata dimanapun.
"Karena Indonesia dilihat peningkatan ekonomi terus meningkat. Diharapkan banyak masyarakat Indonesia ke Jepang. Nah bagaimana caranya mensinergikan kebijakan, program untuk menarik wisatawan Jepang ke Indonesia," tuturnya.
Di tempat terpisah, sebelumnya Walikota Sakai Osama Takeyama mengatakan penyelenggaran Sakai Asean Week ini adalah didasari oleh pertukaran budaya dan pendidikan.
"Saya merasa sangat bersemangat bahwa langkah-langkah penting juga diambil untuk memajukan hubungan ekonomi," tuturnya.
"Saya juga sangat berharap bahwa Sakai ASEAN Week 2014 akan menjadi pendorong bagi kami untuk terus memperkuat pertukaran budaya, dan
ekonomi antara Sakai dan negara-negara yang membentuk ASEAN," tutupnya.
(mpr/jor)