Sebagai juru bicara presiden, Julian menjadi salah satu pihak yang bisa terus berkomunikasi dengan SBY. Jadi penyambung lidah SBY membuatnya tak bisa sembarangan dalam memberi pernyataan ke media.
Setiap kata yang disampaikan Julian harus diperhitungkan betul. Dan mungkin yang tidak semua pihak tahu, tak semua yang dia ketahui harus disampaikan ke publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai seorang dosen, Julian mengakui awalnya kesulitan dengan posisi barunya itu. Namun seiring berjalannya waktu, Julian jadi tahu apa-apa saja yang harus dia sampaikan ke publik.
Dosen di FISIP UI ini bersyukur belum pernah mendapat teguran dari SBY dalam kurun waktu lima tahun. Meski mengaku cukup dekat secara personal dengan SBY, Julian sadar dengan posisinya sebagai seorang staf.
"Saya staf presiden sebagai jubir, ya saya lakukan apa yang menjdi tupoksi (tugas pokok dan fungsi-red)," lanjut Julian.
Agar tidak salah dalam menyampaikan keterangan, Julian mengaku harus mendapat informasi langsung dari orang pertama. Dan tentu saja dia juga harus paham dengan permasalahan yang dihadapi.
Setelah lima tahun akrab dengan lingkungan istana, sepekan lagi dia juga harus lengser bersamaan dengan SBY. Dan tentu saja ada kesedihan yang dirasakan Julian saat meninggalkan istana.
"Cukup sedih karena sudah terbiasa. Tapi ini ini kan bagian dari tugas, saya bertugas di tempat lain, ya kita ikuti," tandasnya.
(mok/bar)