Sukses kerjasama universitas dalam dengan luar negeri ditentukan oleh potensi sumber daya manusia, fasilitas yang dimiliki kedua pihak, potensi mahasiswa yang ada, serta publikasi yang telah dilakukan.
Hal itu disampaikan Dr. Mohamad Djaeni, ST, M.Eng (Universitas Diponegoro, Semarang) pada bimbingan teknis untuk perguruan tinggi negeri dan swasta, yang diselenggarakan Ditjen Dikti melalui Direktur Kelembagaan dan Kerjasama di Jakarta (7-8 Oktober 2014).
Dr. Djaeni dinilai telah berpengalaman dan sukses melakukan kerjasama luar negeri dalam 2 tahun terakhir. Program studi magister Teknik Kimia Undip yang dipimpinnya berhasil menjalin kerjasama dengan universitas Belanda, Taiwan dan Korea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Djaeni, program studi magister Teknik Kimia Undip yang dipimpinya sangat diuntungkan karena memiliki 20 staf doktor dengan publikasi internasional ber-impact factor tinggi.
Mereka juga aktif mengikuti seminar internasional, serta 50% diantaranya memiliki kerjasama riset dan publikasi dengan universitas ternama di Malaysia, Korea, Taiwan, Jerman, Denmark dan Belanda.
Kemitraan dalam bentuk joint research ini yang kemudian dikembangkan secara kelembagaan menjadi kerjasama dalam bidang pendidikan seperti joint degree atau sejenisnya.
"Apalagi kualitas akademis mahasiswa magister yang dimiliki juga sangat bagus, baik secara akademis maupun kemampuan bahasa Inggrisnya," terang Djaeni, yang meraih gelar doktornya pada Universitas Wageningen, Belanda.
Dikatakan, dalam rentang dua tahun, Prodi Magister Teknik Kimia UNDIP telah menjalin joint degree dengan 3 institusi luar negeri yaitu: National Taiwan University of Science and Technology (Taiwan), Pukyong National University (Korea), dan University of Twente (Belanda).
Kita dipercaya karena dinilai mampu bekerja dan menghasilkan luaran riset dalam publikasi internasional," tandas Djaeni.
Sejauh ini, lanjut Djaeni, untuk tahun 2013 dan 2014 prodinya telah mengirimkan 7 orang mahasiswa menempuh dual degree dengan full scholarship, di mana 2 diantaranya telah selesai.
"Kuncinya agar ijin dapat diterbitkan adalah reputasi mitra, nilai tambah untuk mahasiswa kedua pihak, keberlanjutan kerjasama, dan jika memungkinkan adanya fasilitas beasiswa terutama dari mitra luar negeri, pungkas Djaeni.
Pada kesemoatan itu Dr. Djaeni juga memberikan contoh bagaimana bentuk proposal yang tepa dan pengajuan proposal tersebut untuk mendapatkan ijin penyelenggaraan dual degree atau joint degree.
Selain Dr. Djaeni, pihak lain yang dihadirkan sebagai contoh sukses adalah Prof. Lilik Sulistyowati (UNIBRAW, Malang), dan Ir. Gumbolo Hadi Susanto (UII, Yogyakarta).
Bimbingan teknis yang diikuti oleh 26 PTN dan PTS ini menampilkan narasumber Dr. Megawati Santoso (ITB Bandung), Prof. Suminar S. Achmadi (IPB, Bogor), Prof. Marsudi Tri Atmojo (UGM, Yogyakarta), serta beberapa staf perguruan tinggi yang telah berpengalaman dalam bidang kerjasama luar negeri.
Materi bimbingan teknis terdiri dari peraturan terkait kerjasama, prinsip dan akuntabilitas kerjasama, panduan kerjasama dan penyiapan kerjasama.
Setelah mengikuti bimbingan teknis diharapkan para peserta mampu menyusun dokumen kerjasama serta melakukan sosialisasi pada institusi masing-masing. (es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini