Magellan ingin menaklukkan suku Mactan namun dilawan. Pertempuran terjadi dan Magellan tewas. Enrique sang asisten yang ikut dalam pertempuran itu juga terluka.
Soal Enrique Maluku ini dikupas dalam buku karya Helmy Yahya dan Reinhard Tawas, yang diterbitkan Ufuk Publishing House seperti dikutip detikcom, Rabu (8/10/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sesuai surat wasiat Magellan seharusnya Enrique dibebaskan bila dia meninggal. Namun para awak kapal terus menahan dia. Hingga akhirnya, datang undangan dari Raja Humabon salah satu penguasa di kepulauan di Filipina.
Raja Humabon ini memiliki hubungan baik dengan Magellan, tawaran sarapan pagi kepada para awak kapal disambut baik, termasuk oleh Enrique Maluku yang menjadi penerjemah yang dahulu menghubungkan Magellan dengan Humabon. Bahasa melayu adalah bahasa yang dipakai Humabon.
Dalam catatan penulis sejarah Spanyol, Martin Fernandez de Navarret, tentang angkatan laut Spanyol, Enrique salah satu yang tewas dalam sarapan pagi beracun itu.
Namun catatan Antonio Pigafetta yang menjadi juru tulis di kapal itu, Enrique Maluku ditinggalkan begitu saja di pulau itu dalam keadaan hidup.
Dengan kapal yang tersisa, armada Magellan meninggalkan Filipina dan akhirnya bisa ke Maluku. Di sana mereka bisa mengangkut cengkeh hingga ratusan karung.
Satu hal yang ditulis dalam buku tentang Enrique Maluku ini, Juan Sebastian de Elcano salah satu dari 18 awak kapal yang selamat hingga kembali ke Maluku tidak mengungkit sama sekali soal Enrique Maluku ini dalam catatannya.
"Elcano adalah seorang pelaut yang tidak senang dengan Enrique Maluku. Hingga dalam ekspedisi dia dikecilkan perannya, mungkin karena dekat dengan Magellan atau karena Enrique bukan orang Eropa," tulis di buku itu.
(ndr/mad)