Eman Khorman (35) dan empat orang temannya sedang melewatkan tengah malam (mabit) di Mina pada Minggu (5/10/2014). Pria asal Cikijing, Majalengka ini sudah enam tahun bekerja sebagai sopir di perkebunan kurma di pedesaan pelosok Madinah. Jarak perkebunan tempat Eman bekerja, Alalu, ke Madinah saja lebih dari 400 km. Untuk Naik haji, Eman harus menambah perjalanan 7 jam ke Jeddah, baru memutar ke Makkah.
Bapak dua orang anak ini nekat menjadi jamaah haji koboi sebagai penutup masa kerjanya di Arab Saudi. Eman memang sudah lama berencana pulang ke Tanah Air dan tak akan pernah kembali ke Tanah Suci sebagai pekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eman yang terlihat kurus dengan kaos hitam kusamnya sebenarnya betah tinggal di Arab saudi. Gajinya memang tak besar, tapi dia merasa diperhatikan oleh majikannya.
"Kalau saya di sini gaji kecil tapi betah pak. Gaji 1.200 riyal sebulan (hampir Rp 4 juta). Seperti di kampung sendiri. Majikan nggak punya anak laki anak perempuan semua, jadi gaji kecil tapi kalau ada apa-apa sering ngasih. Cuman kerjanya ya segala macam," kisahnya.
Β
Sementara Eman bercerita, ribuan jamaah haji dari berbagai negara terus lalu lalang di depan kami. Beberapa jamaah haji sudah tertidur saat waktu menunjukkan pukul 23.00 Waktu Arab Saudi. Namun cerita kami, sekumpulan WNI yang tengah menghadap Ilahi, malah semakin hangat.
Obrolan pun berlanjut ke kisah nekatnya menjadi haji koboi di musim haji ini. Eman hanya satu dari ratusan WNI di Arab Saudi yang nekat naik haji koboi, istilahnya dikalangan pekerja di Arab Saudi adalah 'ngoboi'.
"Kalau saya diajak sama inih temen-temen ngoboi. Karena saya mau pulang saya sih hayuk aja, risikonya ya dideportasi," katanya sembari tertawa ke arah temannya, Dedi, yang sudah 16 tahun mengadu nasib di Tanah Suci.
Untuk naik haji, setiap warga Arab Saudi maupun pendatang harus membayar tasrih. Ongkosnya cukup mahal, saat ini sekitar 5.500 riyal (hampir Rp 18 juta). Sementara para haji koboi ini cukup membayar 500 riyal (sekitar 1,6 juta), untuk naik haji.
"Kan sopir taksi Arab Saudi yang bisa masuk. Jadi kita bayar 500 saja. Di tempat check point kita diturunin, nanti dia lolos. Kita jalan lewat gunung nanti setelah check point ketemu lagi," ungkapnya menggebu-gebu.
Jalan memutari bukit batu bukan hal yang mudah. "Paling ya 4 kilo lah," kata Eman sembari mengelus rambutnya yang sudah gundul setelah tahalul.
"Jadi kita bayar kalau sudah sukses masuk deket Masjidil Haram," lanjutnya.
Pos masuk ke Makkah memang sangat ketat. Ratusan warga dan pendatang sudah ditolak masuk Makkah. Banyak teman-teman Eman yang gagal naik haji meski membayar lebih mahal.
"Dia yang bayar 1.000 belum ada kabarnya, saya yang 5.00 sudah mau selesai," ujar Eman terkekeh.
Tapi mobil yang membawa Eman tak mulus begitu saja sampai Makkah. Ada cerita lucu yang membuat Eman tak berhenti tersenyum setelah sukses beribadah haji dan tinggal menyisakan lempar jumroh hari ini.
"Lucunya dari Alula ke sini kan banyak check point, kalau kita ditanya apa ke Makkah, kita bilang ke Jeddah, di Jeddah kita bilang mau ke Thaib. Jadi jangan sekali-kali mengaku ke Makkah," katanya.
Kini lima orang haji koboi ini telah lega. Rukun Islam ke lima sudah hampir selesai ditunaikan.
"Ini perjuangan sangat berat, makanya saat sampai di kabah waktu tawaf qudum kita menangis semua. Ya Allah kami memenuhi panggilan-Mu dengan segala cobaan," katanya menitikkan air mata.
(van/fjp)