"Dalam strategi politik yang sarat dengan kepentingan transaksional atas kepentingan politik dan ekonomi, boleh jadi langkah SBY menjadikan Megawati sebagai kambing
hitam, merupakan hal yang biasa dilakukan bagi politisi yang tidak memiliki sikap kenegarawanan. Namun dalam politik yang berkeadaban, apa yang dilakukan SBY merupakan pemujaan terhadap strategi itu sendiri," kata Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto kepada detikcom, Senin (6/10/2014).
Menurut Hasto, SBY berupaya mengulang strategi politik pada pemilu 2004 lalu, yaitu menjadikan diri seolah-olah jadi korban. SBY, masih menurut Hasto, berharap merapatnya PD ke Koalisi Merah Putih dianggap wajar dengan bersikap seolah-olah ditolak bertemu oleh Megawati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasto meyakini sejak awal PD dan SBY memang sudah ingin bergabung ke Koalisi Merah Putih. Salah satu buktinya, masih kata Hasto, adalah sulitnya utusan Megawati, yaitu Jokowi-JK, Puan, Maharani dan Surya Paloh, menghubungi SBY untuk menfasilitasi pertemuan dengan Mega.
"Sebab skenario bergabung dengan KMP memang telah didesain lama. Hanya perlu kambing hitam untuk memuluskan skenario tersebut," tuturnya.
SBY mengungkap upayanya untuk bertemu dengan Megawati di detik-detik menjelang pemilihan pimpinan DPR. SBY mengatakan dirinya telah membangun komunikasi dengan Jokowi untuk menjembatani pertemuan itu, namun akhirnya gagal.
"Kini, akan saya jelaskan jam-jam menjelang dilakukannya pemilihan unsur pimpinan DPR RI yang lalu, khususnya komunikasi yang terjadi. Tanggal 30 September 2014 malam, saya bertemu Pak Jokowi (presiden terpilih), dan Pak Hatta Rajasa di Istana Negara untuk membicarakan politik terkini," ujar SBY melalui akun twitter-nya, Minggu (5/10/2014).
Pertemuan dengan Jokowi dan Hatta tersebut, kata SBY, berlangsung dengan sangat baik. Pertemuan pada Selasa malam itu, disebut-sebut sebagai pembicaraan awal terkait akan merapatnya Demokrat dan PAN ke Koalisi Indonesia Hebat. Kala itu, hitung-hitungannya, jika PAN dan Demokrat benar-benar merapat, maka koalisi pendukung Jokowi-JK itu tidak hanya bisa mengajukan paket pimpinan DPR namun juga bisa memenangkan 'pertarungan' dengan kubu Koalisi Merah Putih untuk mengunci lima posisi pimpinan dewan.
Namun menurut SBY, pertemuan dengan Jokowi yang cukup konstruktif tersebut tidaklah cukup. SBY meminta agar diperlukan adanya pertemuan antara pemimpin partai dengan pemimpin partai, dalam hal ini antara dia dan Megawati.
"Tetapi, untuk sebuah kebersamaan politik antara PDIP dan PD, tentunya yang mesti bertemu adalah kedua pemimpin partai. Itu pikiran saya. Jika Ketua Umum PDIP dan PD bertemu maka akan saling mengetahui kehendak, niat dan semangat yang baik untuk sebuah kebersamaan," ujar SBY.
"Namun, nampaknya pertemuan penting di saat 'kritis' itu tidak terjadi. Saya mendengar nanti pada saatnya Bu Mega akan 'menerima' saya," sambung SBY.
(trq/try)











































