10 Hari si Camat Saba Kota

Kisruh Birokrasi Temanggung (2)

10 Hari si Camat Saba Kota

- detikNews
Selasa, 11 Jan 2005 11:25 WIB
Jakarta - Hati Agus Widodo terasa sedikit plong pada pekan-pekan ini. Perasaan ketakutan karena mangkir dari panggilan polisi sementara ini reda. Ia toh telah memberi kesaksian pada polisi seputar kasus dugaan korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Temanggung untuk Dana Pemilu 2004.Agus Widodo adalah camat atau lebih tepatnya calon mantan camat di Kecamatan Tembarak, Temanggung. Ia adalah salah satu dari 20 camat se-kabupaten Temanggung yang mengaku diungsikan bupati ke Jakarta untuk menghindari panggilan pemeriksaan oleh polisi.Dengan kop surat tugas No 800/0320/XII/2004 berbandrol Studi Banding yang diteken Bupati Totok Ary Wibowo, bersama rekan-rekannya Agus Widodo berangkat tanggal 28 Desember untuk bertugas selama 10 hari. Terasa tak lazim, karena momentum tahun baru yang mestinya dirayakan bersama keluarga, terpaksa terlewatkan.Ikhwal surat tugas bupati sendiri, sebenarnya menjadi bagian menarik. Surat itu baru diterima tanggal 27 Desember 2004. Itupun sudah pukul 21.00 WIB, saat para camat tengah melakukan pertemuan koordinasi di rumah Camat Parakan. Sementara bunyi perintahnya jelas, para camat sudah harus berangkat persis esok harinya, yakni 28 Desember pukul 05.00 WIB. Kurang dari 10 jam! "Surat tugas itu mendadak kami terima dan setahu kami tidak ada rencana sebelumnya," kata Agus yang ditemui detikcom, Senin (10/1/2005).Jadilah, pagi buta itu Agus bersama 19 camat lainnya berangkat ke Jakarta. Mereka menggunakan 4 buah mobil Kijang milik Pemkab Temanggung. Setiba di Jakarta pada tanggal 29 Deember pagi, rombongan langsung menginap di Hotel Karya II Jl. Raden Saleh, Cikini. Studi banding ke Jakarta di antaranya berkunjung ke kantor Depdagri dan kantor APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia).Resminya, tugas studi banding memang guna berkonsultasi soal UU No 32/2004 ke APKASI, namun tugas itu dalam prakteknya sudah rampung hanya dalam waktu dua hari. Delapan hari tersisa, para camat praktis tak ada kegiatan lagi. Mereka hanya jalan-jalan dan banyak juga tak tahu harus berbuat apa. "Kami juga heran kenapa studi banding hingga 10 hari. Sebab kita efektif studi banding hanya dua hari saja. Selebihnya kami hanya tidur di hotel dan main-main saja. Terus terang kami juga rindu sama keluarga dan tidak bisa tahunbaru bersama," kata Agus.Hari ke-3, hari ke-4, hari ke-5, hari ke-6 berlalu begitu saja. Di tengah rasa kebosanan itu, para camat yang kerap berkomunikasi dengan keluarganya di Temanggung mendapat kabar, rumah mereka kedatangan polisi yang membawa surat panggilan pemeriksaan kasus dugaan korupsi APBD. Surat itu adalah panggilan kedua. Karuan, hati para camat menjadi dag dig dug. Urusan dengan polisi jelas bukan urusan sepele. Apalagi mereka tahu persis, polisi jaman sekarang banyak yang galak dan tak segan menjebloskan pejabat ke tahanan. Bila sampai panggilan ketiga terlewatkan, bukan tak mungkin mereka akan bernasib demikian.Agus Widodo yang resah lantas berembug dengan rekannya sesama camat. Tanggapan para camat berbeda-beda. Akhirnya rombongan pun terbagi dua. Kloter pertama, 10 orang pulang lebih dulu hari Jumat (7/1/2005), sisanya, 10 orang lagi baru pulang hari Sabtu (8/1/2005).Agus sendiri bersama koleganya, Camat Kandangan, Supangkat sejak dari Jakarta, sepakat untuk memenuhi panggilan polisi. Mereka pun tanpa menunggu hari Senin (10/1/2005), begitu menginjakkan kaki di Temanggung, bergegas ke Mapolres Temanggung untuk memberikan kesaksian. Supangkat yang telah dimintai keterangan polisi dihujani dengan 40 - 80 pertanyaan seputar kasus korupsi dana pemilu. Akibat kedatangannya ke kantor polisi untuk memberikan keterangan itu, Supangkat mengaku sempat diintimidasi oleh orang-orang yang menjadi tangan kanan pejabat tinggi pemkab.Usai pemeriksaan polisi, sebanyak 12 camat memilih meneruskan sikapnya dengan meneken pernyataan mundur dari jabatannya. "Biarlah tanpa jabatan tapi ayem. Kami malah senang," kata Agus.Saking bulatnya tekad itu, tak satupun camat yang menggubris manakala bupati mengundang mereka agar hadir dalam dialog bupati-pejabat pemkab yang diberi judul "Dialog dari hati ke hati antara Bapak dan Anak, konsolidasi organisasi dalam rangka mencari solusi yang arif, bijaksana" di Pendopo Kabupaten. Para camat itu padahal ditunggu hingga pukul 24.00 WIB, hari Minggu (9/1/2005).Padahal, dalam berbagai kesempatan, Totok berharap bisa merangkul kembali aparaturnya yang mbalelo. Ia kerap menggambarkan para pejabat yang mundur sebagai anak-anak yang tengah emosi terhadap ayahnya.Masalahnya siapa yang benar-benar ayah, siapa yang benar-benar anak? (diks/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads