Kisah Pasukan Tjakrabirawa dan Penembakan Arief Rahman Hakim

Kisah Pasukan Tjakrabirawa dan Penembakan Arief Rahman Hakim

- detikNews
Jumat, 03 Okt 2014 09:30 WIB
Jakarta -

Resimen Tjakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno, menepis tulisan sejarah yang menyebut anggota Tjakrabirawa yang menembak aktivis mahasiswa KAMI/KAPPI. Nama mahasiswa itu Arief Rahman Hakim dan terjadi saat KAMI/KAPPI sedang menyerbu Sekretariat Negara pada tahun 1966. Tjakrabirawa tak terlibat penembakan.

"‎KAMI/KAPPI yang menyerbu Sekretariat Negara sama sekali tidak ditembak dan mereka hanya saya perintahkan menghentikan aksi kerusuhan dan meninggalkan kompeks itu. Mereka juga hendak menemui presiden, tapi saya tolak karena ada prosedurnya," kata mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa seperti dikutip detikcom dalam buku 'Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno' karya Asvi Warman Adam Dkk, Jumat (3/10/2014).

Diceritakan Maulwi, saat pelantikan Kabinet 10 Menteri, sekitar pukul 09.30 WIB Maulwi berada di sekitar posko Instana Negara memantau demonstrasi KAMI/KAPPI. Tiba-tiba terdengar di radio posko bahwa di Lapangan Banteng terjadi insiden antara demonstran dan petugas patroli garnisun karena demonstran berusa merusak Tugu Pembebasan Irian Barat yang dibangun di tengah lapangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang‎ demonstran tertembak personil patroli garnisun. Ia langsung dilarikan ke RSUP Gatot Mangunkusumo. Siaran radio menyebut nama mahasiswa itu bernama Arief Rahman Hakim.

Sementara itu, sekitar pukul 11.00 WIB demonstran depan Istana Merdeka mengendarai truk-truk tentara mengelilingi jalan sekitar Istana dengan membawa jaket kuning dengan noda merah. Jaket itu mereka kiibar-kibarkan sambil meneriakkan 'Tjakrabirawa pembunuh!'.

Disebarkan isu bahwa mahasiswa Arief Rahman Hakim ditembak prajurit Tjakrabirawa di depan gedung Pemuda, seberang Markas DKP (Detasemen Kawal Pribadi).

Mendengar teriakan demonstran, Komandan Kawal Istana Batalyon II KKO Kapten Hidrosin mengumpulkan pasukan dan seluruh senjata mereka untuk diperiksa.

"Dalam pemeriksaan yang teliti, tidak terdapat satu pun senjata dari anggota-anggota yang bertugas yang mengeluarkan tembakan. Laras senjata semuanya bersih," kata Maulwi.

Pada 1967 (setahun setelah kejadian), setelah dipindahkan dari Tjakrabirawa kembali ke Puspom ABRI, Maulwi mendapatkan penjelasan dari beberapa anggota POM PAM V tentang demonstrasi yag terjadi di Lapangan Banteng. Penembakan Arief Rahman Hakim dalam demonstrasi itu dilakukan oleh seorang anggota POM DAM C Jaya pada waktu bertugas di Garnisun Ibu Kota.

"Dengan demikian apa yang saya dengan di radio posko waktu bertugas di Istana Negara benar adanya. Arief Rahman Hakim bukan ditembak prajurit Tjakrabirawa tapi tertembak di Lapangan Banteng oleh anggota POM DAM V yang bertugas sebagai patroli garnisun," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa ia pernah meminta pada Brigjen TNI dr Rubiono yang kerap bersamanya dalam perjalanan pengamanan presiden mengusahakan visum et repertum Arief Rahman Hakim untuk dilaporkan pada Presiden Soekarno. Namun, hingga Tjakrabirawa dibubarkan, Maulwi tak mendapatkan visum Rahman.

(bil/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads