Cerita Tentang Soekarno di Hari 30 September 1965

Cerita Tentang Soekarno di Hari 30 September 1965

- detikNews
Kamis, 02 Okt 2014 17:19 WIB
Jakarta - Sejarah mencatat adanya gerakan G/30S yang membuat sejumlah jenderal dibunuh di Lubang Buaya. Penjaga Terakhir Soekarno, Maulwi Saelan mengisahkan apa yang terjadi pada Presiden Soekarno saat itu.

Seperti dikutip detikcom pada buku 'Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno', Kamis (2/10/2014), pada 30 September 1965, Soekarno menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) yang diprakarsai oleh pimpinan Angkata Darat (AD) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Senayan, Jakarta Pusat.

Saat itu, Menteri Pengairan Dasar sekaligus ketua I PII Hartono Wirjodiprodji menjemput Soekarno di Istana Merdeka menuju Senayan. Saat itu, Maulwi yang menjabat Wakil komandan Tjakrabirawa bertugas memegang tanggung jawab seluruh pengamanan pesiden.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk keamanan sekitar Istora Senayan, Maulwi menegaskan 1 Batalyon yang dipimpin oleh Letkol Untung Samsuri.‎Saat itu ditulis dalam buku jika Maulwi sempat marah pada Untung karena melihat salah satu pintu Istora tidak dijaga dengan baik oleh bawahan Untung. Karena itu, Maulwi memastikan selalu berada di dekat Soekarno dan tidak pernah meninggalkan Soekarno sehingga seluruh gerak-gerik Soekarno tak lepas dari pengamatannya.

Saat itu, Maulwi meminta pada MC acara agar membuat Istora bergelora dengan sambutan meriah penonton untuk Soekarno. Di atas panggung, terbentang spanduk yang bertuliskan bahasa Sanskerta yakni kutipan petuah Prabu Kresna pada Arjuna yang ragu-ragu untuk terjun ke medan perang Bharatayudha karena harus berhadapan dengan saudara-saudara sendiri.

Percakapan antara Kresna dan Arjuna menjelang pecahnya antarkeluarga Bharata. Dalam bahasa Sanskerta seharusnya ditulis Karmane Fadikaraste Mapalesyu Kadatyana (kerjakan tugasmu tanpa menghitung Untung ruginya). Namun, dalam spanduk, ejaannya tertulis Karamani Evadi Karatse Mafelesui Kadatyana.

Saat tiba di Istora, Soekarno disambut gegap gempita para para penonton dengan meneriakkan 'Merdeka', 'Hidup Bung Karno', 'Viva Pemimpin Besar Revolusi' yang disambut Soekarno dengan lambaian tangan. Soekarno terus mengembangkan senyumnya yang membuat sepuluh ribu hadirin histeris dan terus meneriakkan yel-yel.

Saat di atas mimbar, Reporter TVRI Eddi Elison yang didaulat sebaga MC menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan redaksi kata-kata spanduk yang terbentang. Soekarno sempat membalikkan badan dan menganggukkan kepala. Kesempatan pidato itu juga diambil Bung Karno untuk mengurasi maksud dari kutipan perintah Kresna yang tertulis dalam spanduk.

Menurut Maulwi, kisah Soekarno mulai dari menyampaikan maksud spanduk itu hingga terjadinya G 30 S banyak yang tak sesuai kenyataan, salah satunya kisah yang disampaikan Ajudan Presiden Soekarno Bambang Widjanarko. Sebagai orang yang terus berada di samping Soekarno, ia tahu dengan detil apa yang dilakukan Soekarno saat itu.

Usai dari acara Munastek Soekarno kembali ke Istana Merdeka. Namun, usai berganti pakaian biasa, Bung Karno keluar istana menuju ‎rumah istrinya Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) di Gatot Subroto. Saat itu ia hanya ditemani beberapa anggota tim dinas khusus yang dibentuk hanya untuk perjalan incognito Soekarno di Jakarta. Mereka mengenakan pakaian biasa dan dikomandani oleh Inspektur Polisi II Zulkifli Ibrahim.

Ternyata saat itu Dewi sedang menghadiri acara Kedubes Irak di Hotel Indonesia‎. Soekarno lalu menuju Hotel Indonesia dan menunggu di dalam mobil di parkiran hotel. Setelah. Dewi masuk ke mobil, rombongan meneruskan perjalanan menuju rumah Dewi di Gatot Subroto (sekarang dijadikan Museum Satria Mandala).

(bil/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads