Salah satu cerita keberhasilan pengembangan budidaya ikan hias dan juga sukses meningkatkan kesejahteraan masyarakat yakni ikan mas koki di Tulungagung, Jawa Timur.
"Ikan hias hasil budidaya dari Kabupaten Tulungagung menguasai hampir 90% di Indonesia dan malah sebagian sudah diekspor ke negeri tetangga, salah satunya dijadikan sebagai maskot yaitu ikan Mas Koki, strain tosa, dan produk unggulan Kabupaten Tulungagung untuk dikembangkan dengan memenuhi permintaan pasar," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, Selasa (30/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang membudidayakan ikan Mas koki salah satunya adalah Kelompok Tirta Kencana Agung, yang diketuai oleh Heri Susanto. Kelompok yang berdiri tahun 2010 tersebut memiliki 27 orang anggota, dan kini sudah memiliki lahan budidaya seluas 6.987 m2.
Berbagai prestasi telah diraih oleh Kelompok Tirta Kencana Agung, diantaranya Juara Kelompok Pembudidaya Ikan Hias baik di tingkat Provinsi Jawa Timur maupun di tingkat Nasional. Jenis ikan Mas koki yang budidayakan diantaranya Tosa, Oranda, Ranchu, Open, dan Ryukin.
Untuk kelas pasar lokal ikan Mas koki ukuran 4 inci harganya Rp. 2.000 per ekor, kelas penghobi harganya Antara Rp. 200.000 â Rp. 500.000 per ekor, sedangkan untuk kelas kontes harga bisa melambung menjadi Rp. 2.000.000 â Rp. 3.000.000 per ekor.
Dari 1 juta ekor ikan Mas Koki yang dipanen oleh Kelompok Tirta Kencana Agung pada tahun 2013 lalu, menurut Heri, 1 persen hasilnya untuk kelas kontes, 20% untuk kelas penghobi, dan sisanya untuk pasar lokal.
Omzet ikan hias dari Kelompok Tirta Kencana Agung per tahun mencapai Rp 1,5 milyar per tahun dengan keuntungan bersih mencapai Rp. 585 juta. "Pendapatan pembudidaya ikan hias juga cukup tinggi karena dari 560 m2 lahan, diperoleh pendapatan per bulan sekitar Rp 2,2 juta â 2,8 juta," jelas Menteri Kelautan Sharif C. Sutardjo.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, pembudidaya ikan hias menempati urutan pertama rumah tangga usaha perikanan dengan pendapatan tertinggi sebesar Rp 50 juta per tahun.
"Ini menjadikan usaha budidaya khususnya ikan hias menjadi usaha yang menjanjikan dan dapat diandalkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menyerap tenaga kerja", jelas Sharif.
Guna menjadikan Indonesia sebagai pengekspor ikan hias terbesar di dunia, ada sejumlah langkah yang dilakukan, pertama adalah penguatan produksi dengan cara menyediakan induk-induk unggul ikan hias.
Induk unggul dapat di produksi melalui penerapan teknologi sehingga ikan tahan terhadap serangan penyakit dan ikan menjadi lebih menarik. Karena keunggulan yang ditawarkan oleh ikan hias adalah keindahan dan keunikannya.
Kemudian meningkatkan permodalan. Permodalan sangat dibutuhkan untuk memajukan dan membesarkan suatu usaha budidaya, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto berharap peran perbankan diperlukan untuk memberikan suntikan modal kepada para pembudidaya ikan hias.
Langkah selanjutnya adalah hillirisasi industri ikan hias. Tanpa memperhatikan pasar ikan hias, maka produksi yang sudah meningkat dengan kualitas yang bagus akan terhambat karena terkendala dengan pasar dan pemasaran. Jika sektor hulu hingga hillirinya bisa dikuasasi otomatis untuk mencapai target menjadi pengekspor ikan hias terbesar dunia bukan suatu hal yang mustahil.
Anda tertarik berbisnis ikan hias?
(ndr/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini