Pantauan detikcom, Selasa (30/9/2014), di depan Stasiun Tanjung Barat arah Depok, ada pagar jeruji bercat putih yang menghubungkan JPO dan pintu keluar stasiun. Pagar ini membuat arus orang yang hendak keluar stasiun, mau tidak mau, harus melalui JPO untuk keluar-masuk. Orang kini tak bisa lagi menyeberang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum ada pagar ini, orang-orang yang hendak masuk atau keluar Stasiun Tanjung Barat di bagian jalan yang mengarah ke Depok, lebih suka menyeberang atau menepi ke kanan untuk masuk ke stasiun.
Menurut seorang petugas tiket di Stasiun Tanjung Barat yang tak mau disebutkan namanya, pagar itu dibuat untuk menghindari orang celaka.
"Sudah lama itu. Sudah dua bulan. Banyak orang yang ketabrak sebelumnya," kata perempuan berambut panjang ini.
Akses JPO Tanjung Barat di bagian jalan yang mengarah ke Depok ini memang sudah bagus. Selain dipagari, JPO juga sudah berkanopi. Sedangkan humas PT KAI Daops I Agus Komarudin mengatakan bahwa pagar antara stasiun dan JPO itu dibangun oleh Dinas PU Jakarta Selatan sejak 28 Agustus 2014.
"Intinya, JPO dibuat untuk menyeberang orang, ditutup oleh Dinas PU setempat. Agar orang yang mau menyeberang ke stasiun lewat jembatan untuk menghindari kemacetan," jelas Agus saat dikonfirmasi detikcom hari ini.
Kondisi berbeda ditemui di JPO sebelahnya, di bagian jalan yang mengarah ke Pasar Minggu. Akses menuju jembatan itu masih 'jorok' dan masih berupa urukan tanah yang belum dirapikan. Selain itu, JPO itu belum berkanopi. Kondisi seperti ini membuat JPO ini mangkrak sejak tahun 2013. Orang-orang segan memakainya dan lebih suka menyeberang jalan.



Orang-orang yang menyeberang ini ditambah angkutan umum yang suka berhenti atau ngetem sembarangan membuat arus lalu lintas tersendat. Efeknya, lalu lintas Jalan Tanjung Barat arah Pasar Minggu tersendat, biasanya di hari kerja, terutama Senin dan Jumat. Macetnya tak tanggung-tanggung, bisa mencapai 2 km di depan kampus IISIP Lenteng Agung.

(nwk/nrl)