Presiden SBY menyinggung terkait UU Pilkada yang mengembalikan Pilkada melalui DPRD saat berpidato saat menerima penghargaan Dr Honoris Causa (Dr HC) dari Universitas Ritsumeikan, Kyoto, Jepang. SBY menyebut sangat kecewa.
Presiden SBY yang mengenakan toga menyampaikan pidato akademiknya sekitar 40 menit. Penganugerahan gelar Dr HC SBY ini digelar di Hall Tanagawa, Kampus Suzaku, Kyoto, Senin (29/9/2014). SBY berbicara mengenai perdamaian dan demokrasi.
Menurut SBY, sejak 2004, demokrasi di Indonesia semakin berkualitas. Untuk pertamakalinya Presiden Indonesia dipilih secara langsung oleh rakyat. SBY menjadi presiden Indonesia pertama dalam Pilpres secara langsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kata SBY, beberapa hari terakhir, Pilkada secara langsung ini diubah DPR kembali melalui DPRD. "Saya kecewa parlemen secara kontroversial mengubah pilkada diipilih melalui DPRD lagi," kata SBY.
"Saya tidak setuju dengan keputusan ini dan saya akan mempertahankan pilkada langsung dengan perbaikan-perbaikan dan membuat peraturan yang lebih kuat," imbuh SBY yang menegaskan akan terus berjuang meski sudah tidak lagi menjadi presiden.
Dalam pidatonya, SBY juga memaparkan mengenai solusi-solusi yang telah dilakukannya terkait persoalan politik, keamanan dan HAM. SBY juga menyampaikan mengenai pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan meningkatnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang.
SBY juga membeberkan tentang kehidupan demokrasi dan Islam, serta pluralisme di Indonesia. SBY juga menyampaikan penanganan bencana alam, termasuk tsunami di Aceh.
Di awal pidatonya, SBY menyatakan belasungkawa terhadap bencana alam meletusnya gunung Ontake.
Di akhir pidatonya, SBY menyampaikan terima kasih atas gelar Dr HC dari Universitas Ritsumaiken. SBY mendapatkan standing applaus dari hadirin yang memenuhi hall.
(asy/mad)