"Minggu depan, kami akan merilis tayangan sinetron yang meresahkan masyarakat. Tayang sinetron yang marak menampilkan anak-anak berseragam sekolah tapi berperilaku gaya hidup bebas," ujar Komisioner KPI Agatha Lily di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2014).
Menurut Agatha, tayangan sinetron yang dimaksud sarat dengan adegan seorang siswi berpakaian seragam ketat dengan rok mini tak menghormati orangtua, hamil di luar nikah hingga bergaya hidup hedonis. βBanyak lagi adegan lainnya yang dinilai meresahkan masyarakat secara kultural dan sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sinetron yang sudah meresahkan, terutama untuk anak dan remaja. Kami ingin menggugah hati para pengelola TV agar berhenti menyiarkan program yang merusak akhlak dan moral serta perilaku anak-anak. Pengiklan juga kalau ada tayangan ditegur KPI, maka produknya akan menuai opini yang buruk juga," tambahnya.
Sehingga sasaran KPI tak hanya kartun yang tidak ramah anak seperti Tom and Jerry dan Bima Sakti. Menurut Agatha, TV memiliki dampak yang sangat luas dengan jam menonton anak-anak yang semakin bertambah belakangan ini.
"Jadi tidak benar kalau kita hanya ingin membatasi kartun saja. Kami tidak menegasikan TV, tapi TV memberikan dampak luas. Jumlah menonton anak juga semakin hari semakin bertambah, setahun bisa 1.600 jam, sementara jumlah jam belajarnya setahun 800 jam," kata Agatha.
"Tayangan yang marak muatan tidak pantas, kekerasan fisik dan verbal, muatan mistik, muatan yang bisa diasosiasikan pornografi, dan mirisnya ini ditayangkan setiap hari. Bahkan ada yang menayangkan sehari dua kali," papar Agatha menambahkan.
Menurut Agatha, tayangan-tayang yang dapat mengancam generasi penerus bangsa layak dikritisi termasuk stasiun TV yang menyiarkannya. "Kalau sulit diedit, ya memang bukan untuk anak-anak. Beberapa kartun di Indonesia, di negara asal produksinya sudah dilarang disiarkan atau ditayangkan di atas jam 10 malam. Celakanya, di Indonesia disiarkan siang dan sore hari," tutupnya.
(vid/mad)