detikcom menyambangi bendung yang berdiri sejak tahun 1911 tersebut, sekitar pukul 07.00 WIB, Kamis (25/9/2014). Debit air memang sangat kecil, bahkan berada di angka 0 cm. Hanya tampak batuan kering dan dasar sungai yang tak tersentuh air.
Air hanya keluar dari satu pintu sebelah kanan. Di pintu sisi kanan dan kirinya, tak ada air yang mengalir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang aliran irigasi 30 cm tingginya. Kalau ke sana sampai 20 cm, itu udah gawat banget, bisa kekeringan sawah-sawah," kata Andi saat ditemui detikcom di posko Bendung Katulampa, Bogor, Jabar.
Saat ini, kata Andi, debit air di Bendung Katulampa, hanya 2.200 liter per detik. Padahal saat musim hujan, bisa mencapai ratusan ribu liter per detik. Khusus musim banjir, bisa mencapai 630 ribu liter per detik, dengan ketinggian 250 cm.
Meski begitu, kondisi kering ini belum separah tahun 2007. Kala itu, debit air pernah mencapai 1.200 liter per detik. "Kalau debit air berkurang, sarana irigasi harus sistem gilir. Jadi gantian pengairannya," tambah Andi.
Untuk diketahui, aliran air irigasi dari Katulampa itu mengalir ke sawah dan lahan pertanian/perikanan warga di sepanjang kawaasan Bogor-Depok, hingga Jakarta.
"Waktu hari Minggu (21/9) sempat hujan deras. Sempat naik air 10-20 cm, tapi hilang lagi. Hanya satu hari aja," terangnya.
Andi berharap, musim kemarau sudah bisa berakhir akhir bulan September. Memasuki Oktober, masyarakat akan bertemu dengan musim hujan lagi. Namun dia juga berdoa, meski hujan, tidak sampai banjir besar.
"Kalau banjir juga bahaya, sama bahayanya dengan kekeringan," cerita pria yang sudah bekerja di Katulampa sejak tahun 1987 ini.
Sebelumnya, prakirawan cuaca BMKG Rohmadi mengatakan, suhu di Jakarta dan sekitarnya mencapai 36 derajat celcius. Suhu setinggi itu akan terjadi hingga beberapa hari mendatang. Dia memprediksi, puncak kemarau akan terjadi pada Oktober nanti.
(mad/nrl)