Indonesia meraih penghargaan tertinggi (Outstanding Achievement Award) IAEA/FAO atas keberhasilan dalam riset dan pemanfaatan iptek nuklir untuk pemuliaan tanaman pangan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Penghargaan diberikan dalam rangka peringatan 50 tahun didirikannya Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Technique in Food and Agriculture (NAFA) di sela-sela Konferensi Umum IAEA ke-58 di markas IAEA, Wina, Austria, Rabu (24 September 2014).
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano kepada Duta Besar RI Rachmat Budiman dan disaksikan oleh Kepala BATAN Djarot Wisnubroto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dirjen IAEA, pemanfaatan iptek nuklir untuk pemuliaan tanaman ini telah memungkinkan petani memperoleh benih tanaman pangan, seperti padi, kedelai, dan gandum unggul yang lebih tahan hama.
"Di samping itu tanaman juga berproduktivitas tinggi dengan umur panen lebih pendek serta dapat beradaptasi dengan baik terhadap dampak perubahan iklim," papar Dirjen IAEA.
Lebih lanjut Dirjen IAEA menyampaikan bahwa hasil-hasil iptek nuklir ini mendapat penerimaan sangat baik dari petani di berbagai negara.
Keberhasilan ini merupakan salah satu contoh sukses difusi teknologi modern terhadap masyarakat agraris tanpa mengganggu kearifan lokal dan budaya pertanian yang sudah berjalan puluhan tahun di berbagai negara.
Ditambahkan bahwa dalam pengamatannya masyarakat petani sangatlah arif dan bersahabat dengan lingkungan. Mereka menginginkan teknologi yang ramah terhadap alam dan lingkungan.
"Berbagai tanaman pangan yang telah dimuliakan dengan tekonologi nuklir atau yang biasa disebut mutan radiasi tersebut telah diterima dan dimanfaatkan petani secara luas di berbagai negara," pungkas Dirjen IAEA.
Bantuan Indonesia
Pada kesempatan tersebut, Dubes Rachmat Budiman mengatakan bahwa sejak 2012, Indonesia telah membantu sejumlah negara sahabat dalam pengembangan kapasitas di bidang aplikasi teknologi nuklir untuk bidang pangan dan pertanian, kesehatan, dan industri.
"Bantuan Indonesia itu diberikan melalui Program Kerjasama Teknik IAEA," ujar Dubes.
Menurut Dubes, hal ini merupakan wujud dukungan Indonesia terhadap program internasional Peaceful Uses Inititiative (pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai) sekaligus mendukung Technical Cooperation among Developing Countries/TCDC (Program Kerjasama Selatan-Selatan).
"Melalui program ini Indonesia memberikan bantuan tenaga ahli serta menerima trainee dari sejumlah negara untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan di fasilitas riset BATAN dan beberapa lembaga riset lainnya," terang Dubes.
Negara-negara yang menerima bantuan Indonesia dalam hal ini antara lain Kerajaan Yordania, Republik Myanmar, Republik Laos dan Kerajaan Kamboja.
Lebih lanjut Dubes Rachmat Budiman mengatakan bahwa penghargaan dan pengakuan dunia internasional tersebut diharapkan dapat meningkatkan gairah peneliti Indonesia untuk terus berkarya memberikan hasil-hasil nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
"Sangat diharapkan bahwa hasil-hasil riset berdampak nyata tersebut dapat Β meningkatkan kepercayaan publik terhadap kemampuan SDM Indonesia dalam mengelola, mengembangkan, dan memanfaatkan teknologi nuklir secara aman, termasuk pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik," demikian Dubes.
Sejak 1970
Sementara itu, Kepala BATAN Djarot Wisnubroto mengatakan bahwa BATAN telah melakukan penelitian dan pemanfaatan iptek nuklir untuk pemuliaan tanaman sejak 1970-an.
Teknologi mutasi radiasi tersebut telah digunakan untuk menciptakan tanaman unggul, yaitu varietas tanaman yang lebih tahan hama, produktivitas tinggi, umur panen pendek, serta dapat tumbuh baik di lahan yang marginal.
Sejauh ini teknologi mutasi radiasi telah digunakan untuk memuliakan sejumlah tanaman pangan, seperti padi, kedelai, sorghum dan gandum.
Untuk tanaman padi, BATAN telah menghasilkan lebih dari 20 varietas unggul, dengan potensi panen di atas 7 ton/ha.
Benih padi BATAN tersebut telah dimanfaatkan petani di hampir seluruh propinsi di Indonesia dan berkontribusi sekitar 10% terhadap cadangan benih nasional.
Di samping itu, BATAN juga mendukung dan memberikan bantuan teknis terhadap sejumlah usaha kecil dan menengah untuk menjadi sentra-sentra produksi benih padi unggul yang bibit induknya diberikan oleh BATAN.
Melalui program ini, BATAN mendukung program pemerintah dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan. Β
Pada 2012 IAEA mengundang BATAN untuk memaparkan success story Indonesia tersebut dalam IAEA Scientific Food tentang aplikasi iptek nuklir di bidang pangan dan pertanian.
Kemudian pada 2013 di Roma Italia, BATAN dan lembaga PBB di bidang pangan dan pertanian (Food and Agriculture Organization-FAO) menandatangani penjanjian kerjasama dalam pemanfaatan hasil-hasil litbang BATAN dan kepakaran terkait dalam mendukung program-program FAO.
"Termasuk yang dilaksanakan dalam payung kegiatan yang dilasanakan oleh Joint IAEA/FAO Division of Nuclear Technique in Food and Agriculture," pungkas Djarot.
PLTN
Terkait pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik, pada saat ini Indonesia terus mengembangkan kerjasama dengan IAEA, khususnya dalam pengembangan insfrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Pada 2009, Indonesia telah menerima tim pakar dari IAEA untuk menilai kesiapan infrastruktur tersebut.
IAEA berpandangan bahwa Indonesia telah memiliki infrastruktur yang diperlukan, termasuk kesiapan SDM untuk membangun, mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Memanfaatkan technical assistance dari IAEA, Indonesia sejak 2014 memulai persiapan pembangunan sebuah reaktor daya non-komersial (RDNK) yang mempunyai kapasitas ko-generasi.
RDNK ini untuk pembangkit listrik dan pemanfaatan panas proses untuk aplikasi industri seperti pengolahan mineral, oil refining, produksi hidrogen, pencairan batubara, dan untuk proses desalinasi.
Program ini diharapkan dapat mendukung program nasional dalam peningkatan nilai tambah komoditas ekspor Indonesi di bidang sumber daya mineral.
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini