"Namun, pentingnya pekerjaan kami yang ada di luar isu pembangunan, seperti kita sekarang juga dihadapkan dengan masalah besar lain. Kita menyaksikan kemerosotan mengkhawatirkan dalam hubungan antara negara-negara besar. Tak satu pun dari kita, tentu saja tidak PBB, mampu mengubur kepala kita di pasir tentang perkembangan suram ini," kata SBY.
Pernyataan SBY ini disampaikan saat berpidato di Sidang Majelis Umum ke-69 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Rabu (24/9/2014). "Kondisi ini mengkhawatirkan, karena selama lebih dari dua dekade sejak jatuhnya Tembok Berlin, dunia telah benar-benar menyaksikan serangkaian perkembangan yang menjanjikan. Paling mendasar adalah fakta bahwa perbaikan hubungan di antara negara besar telah menciptakan ruang yang cukup untuk peluang strategis dan ekonomi baru," kata SBY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara investasi global bernilai mencapai hampir US$ 1,5 triliun pada tahun 2013, tumbuh hampir tujuh kali lipat sejak tahun 1990.
Di Asia Tenggara, perkembangan geopolitik sangat positif dalam mengembangkan kerjasama yang lebih kuat dan berkembang di kawasan. Indonesia juga mampu mengembangkan kemitraan strategis dengan semua negara-negara besar.
"Tapi saya amati bahwa saat ini masyarakat internasional prihatin dengan bahaya Perang Dingin yang dikhawatirkan muncul kembali. Hubungan antara negara-negara besar memburuk, didorong oleh rasa saling curiga. Hubungan yang sebelumnya stabil dan kooperatif sekarang ditandai dengan volatilitas dan ketegangan. Dan ini tidak menguntungkan siapa pun. Oleh karena itu, kita tidak boleh membiarkan ini menjadi permanen," ujar SBY.
Negara-negara besar dan semua pihak, lanjut SBY, memiliki kewajiban bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini. "Kita perlu untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina di Gaza dan seluruh wilayah yang diduduki dan untuk memberikan solusi dua negara masih sulit dipahami. Kita perlu untuk menyelesaikan konflik di Ukraina yang kini mengguncang hubungan antara Rusia dan Barat. Dan kita perlu mencari solusi yang efektif dan tahan lama untuk konflik yang sedang berlangsung di Suriah dan Irak," kata SBY.
Untuk melakukan semua ini, kata SBY, harus ada saling akomodasi. "Harus ada sikap ke depan yang mencakup kecenderungan sama-sama menang. Diplomasi harus diutamakan dan sama-sama membangun kepercayaan," kata dia. "Bukan hanya di antara mereka, tetapi juga dengan kekuatan yang muncul dan dengan semua bangsa dari PBB. Apakah mungkin? Saya mengatakan, ya. Hal ini juga yang telah terjadi di Asia Tenggara," ujar dia.
Dalam pidatonya, SBY juga menjelaskan mengenai upaya-upaya mencapai target MDGs. "Kerja keras kami selama bertahun-tahun telah menghasilkan prestasi yang meliputi terobosan dalam memerangi kemiskinan, meningkatkan pendaftaran sekolah, dan meningkatkan kesehatan masyarakat," kata SBY yang menjadi co-chair dalam bidang ini.
Namun SBY juga mengakui tidak semua target MDGs terpenuhi. Upaya untuk mencapai target MDGs selama 15 tahun terakhir memang diperlukan kemitraan global yang lebih kuat.
(asy/mpr)