SU IAEA ke-58: RI Tegaskan Teknologi Nuklir Penting untuk Pembangunan

Laporan dari Wina

SU IAEA ke-58: RI Tegaskan Teknologi Nuklir Penting untuk Pembangunan

- detikNews
Rabu, 24 Sep 2014 12:05 WIB
Wina - Indonesia menegaskan telah dan akan terus memanfaatkan teknologi nuklir dalam menunjang pembangunan di berbagai bidang, antara lain di bidang pangan, pertanian, kesehatan, industri dan lingkungan.

Demikian disampaikan Duta Besar Rachmat Budiman dalam kapasitas sebagai Ketua Delegasi Indonesia pada Sidang General Conference ke-58 Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), 22-26 September 2014 di Wina, Austria.

"Indonesia juga sedang mengembangkan infrastruktur untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir," ujar Dubes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada sesi Debat Umum sdang tersebut, Dubes menyatakan bahwa Indonesia telah pula menerbitkan β€œThe Indonesian Nuclear Energy Outlook (INEO)” pada Agustus 2014, sebagai salah satu referensi nasional dalam pembangunan energi di Indonesia.

"Berdasarkan dokumen tersebut, terdapat keperluan bagi Indonesia untuk memanfaatkan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menunjang ketersediaan energi nasional," tegas Dubes.

Untuk itu, lanjut Dubes, pemerintah telah menyelesaikan studi kelayakan komprehensif yang juga mencakup site study di Pulau Bangka. Sementara itu untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan publik atas pembangkit listrik tenaga nuklir, Indonesia akan membangun Reaktor Daya Non-Komersial (RDNK).

Menurut Dubes, pembangunan reaktor tersebut antara lain dimaksudkan sebagai pembuktian kelayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia, baik dari aspek keselamatan dan keandalan operasi maupun aspek penguasaan dan pengembangan teknologi.

Reaktor tersebut juga akan digunakan sebagai sarana pengembangan kapasitas sumber daya manusia dalam pembangunan, pengoperasian, dan perawatan pembangkit listrik tenaga nuklir.

Selain itu juga pengembangan riset kogenerasi, yaitu pemanfaatan PLTN untuk pembangkit listrik dan sekaligus untuk mendukung industri proses seperti pengolahan mineral, minyak mentah (oil refining), coal liquafaction, dan desalinasi.

Dikatakan bahwa aplikasi kogenerasi ini ditujukan untuk mendukung program peningkatan nilai tambah terhadap komoditas ekspor Indonesia di bidang sumber daya mineral.

Di bidang keamanan nuklir, Indonesia juga telah memiliki pengalaman melaksanakan pedoman IAEA bagi kegiatan evaluasi mandiri (self-assesment) mengenai budaya kemanan nuklir, khususnya untuk ketiga reaktor riset yang telah dimiliki Indonesia.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut telah mendorong Indonesia untuk membangun Centre for Security Culture and Assessment (CSCA), sebagai sarana pelatihan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Indonesia juga sedang membangun pusat keunggulan di bidang keamanan dan tanggap darurat nuklir, Center of Excellence in Nuclear Security and Emergency Preparedness (I-CoNSEP), sebagai platform nasional untuk membangun dan mempertahankan kapasitas nasional di bidang keamanan nuklir dan tanggap darurat, khususnya melalui pembangunan sumber daya manusia.

Dubes juga menegaskan bahwa di bidang aplikasi teknologi nuklir, Indonesia akan terus mengembangkan riset di bidang pemuliaan tanaman (mutation breeding) untuk memproduksi benih padi produktifitas tinggi, tahan hama dan penyakit serta perubahan iklim.

Kegiatan riset ini telah menghasilkan 20 varietas padi dan menyumbang 10% dari seluruh varietas padi nasional. Varietas padi dimaksud juga telah diterima secara luas oleh para petani di Indonesia dan terbukti berhasil meningkatkan produktivitas para petani.

Indonesia juga telah mengembangkan aplikasi teknologi nuklir untuk meningkatkan kualitas dan penyimpanan pasca panen melalui teknologi radiasi.

Pengembangan teknologi tersebut memungkinan bahan makanan disimpan lebih lama namun kualitas tetap terjaga, sehingga membantu masyarakat khususnya di daerah rawan bencana menjamin kebutuhan pokok pangan mereka.

Pada sidang tersebut, Dubes juga menegaskan kembali dukungan Indonesia kepada negara-negara Timur Tengah dalam upaya mereka membentuk kawasan bebas senjata nuklir.

Dalam hal ini Indonesia menyesalkan kegagalan penyelenggaraan Konferensi pembentukan kawasan bebas senjata nuklir di Timur Tengah pada tahun 2012, dan mendorong agar Konferensi dimaksud dapat segera dilaksanakan dengan diikuti oleh semua negara kawasan tersebut.

Delegasi Indonesia dalam konferensi ini terdiri dari para pejabat dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan KBRI/PTRI Wina.



(es/es)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads