Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh menerima keputusan Partai Golkar yang mencopot dirinya dari jabatan Ketua DPD Golkar belum lama ini. Bahkan kabarnya Adnan pun dipecat dari partai berlambang beringin tersebut, namun hal itu ditanggapinya dengan santai.
"Walaupun saya Ketua Golkar di sini dan Golkar memberhentikan saya sebagai ketua, setelah MK putuskan Jokowi-JK menang kabar yang saya dengar saya dipecat dari partai," ujar Adnan kepada wartawan di rumah dinasnya, Jl Poros Mangas, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (23/9/2014).
Dia malah menilai konyol langkah partai dalam Koalisi Merah Putih (KMP) ramai-ramai mendeklarasikan diri terikat benang merah permanen. Menurutnya, dalam politik tidak akan ada yang abadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengharapkan koalisi permanen kan nggak ada. Demokrat tinggal angkat satu kakinya lagi, PPP dan PAN sudah pindah. Kenapa saya nggak dukung mantan Ketum Golkar sedangkan dia sahabat setia saya?" lanjutnya.
Dengan tegas, Adnan pun menyetujui rencana pasangan Jokowi-JK untuk menempatkan pengambil kebijakan strategis dalam kabinetnya kelak tidak berasal dari kade partai. Ini dinilai dapat menjadi salah satu langkah menekan permainan-permainan politik.
"Pengaruh tekanan partai (itu besar). Saya setuju pengambil kebijakan jangan dari partai," terang pria yang telah menjadi Gubernur Sulbar selama 8 tahun terakhir ini.
Lalu bagaimana bila nama Adnan menjadi salah satu yang dijagokan untuk menteri dalam kabinet Jokowi-JK?
"Saya nggak bisa komentar apa-apa. Kalau ini amanah saya akan minta izin kepada rakyat," pungkasnya.
(aws/dha)