"Waktu awal saya kenal beliau, saya datang ke rumah beliau. Masuk ke kamar mandi, WC di kamar mandinya WC jongkok. Seorang guru besar, bekas Dirjen, hidupnya sangat sederhana. Hidupnya seperti rakyat biasa," kenang Prabowo.
Hal tersebut diceritakan Prabowo di hadapan para kader yang hadir dalam Kongres Luar Biasa Partai Gerindra ke-3 di Nusantara Polo Club, Bogor, Jabar, Sabtu (20/9/2014). Menurutnya, Suhardi merupakan sesosok pribadi yang jarang bisa ditemui di arena kehidupan politik Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandidat Capres nomor urut 1 di Pilpres 2014 ini pun juga menceritakan bagaimana sebagai ketua umum Gerindra, Suhardi benar-benar mengabdikan dirinya untuk partai. Prabowo mengatakan bahwa para pimpinan DPC-DPC Gerindra bisa menjadi saksi bahwa Suhardi telah mendatangi hampir semua kantor-kantor DPC Gerindra yang jumlahnya mencapai ratusan itu di Indonesia.
"Pakai bus, sekian belas jam beliau lalui untuk kunjungi DPC-DPC. Dia di Yogyakarta terkenal sebagai Profesor yang pakai sepeda dari rumah ke kantor. Dikenal dengan sumpahnya tidak mau makan gandum dan konsekuen dilaksanakan puluhan tahun karena dalam pandangannya, gandum belum bisa diproduksi di Indonesia," cerita Prabowo.
Suhardi memang dikenal dengan julukan Profesor Telo karena kegemarannya memakan ketela dan sumpahnya berpuasa gandum. Guru Besar UGM tersebut juga tak segan mengendarai sepeda onthel, bus atau angkutan umum lainnya.
Suatu ketika pada masa kampanye Prabowo-Hatta, Suhardi pernah langsung datang ke Bandara Halim PK Jakarta dari Semarang dengan menggunakan bus malam. Saat itu sekitar pukul 05.00 WIB, Suhardi tiba di Halim diantar dengan motor oleh seorang tukang ojek. Ia bersama sejumlah anggota Koalisi Merah Putih akan terbang ke Lampung untuk berkampanye.
"Saya baru dari Semarang. Ini langsung dari Terminal Kampung Rambutan. Berangkat semalam, takut nggak keburu kalau naik pesawat ke sini walau naik first flight sekalipun," ucap Suhardi kala itu kepada para wartawan.
Banyak hal yang tak dapat dilupakan Prabowo dari pribadi sahabatnya itu. Terutama mengenai kesederhanaan dan nasionalisme Suhardi yang tinggi di balik tutur katanya yang halus.
"Yang berkesan bagi saya dan perlu disampaikan adalah nasionalisme beliau. Cinta tanah air yang tidak gembar-gembor, tidak teriak-teriak, tidak penuh pamer, tidak penuh slogan. (Itu) yang beliau jalankan sehari-hari," tutur Prabowo.
"Beliau adalah orang yang sederhana, orang yang benar-benar prasojo, jujur. Beliau hidup dari gajinya saja. Boleh itu jadi bahan tertawaan, ada seorang Profesor masih pakai WC jongkok. Bagi saya ini bukti orang Indonesia yang hidup sejajar-jajarnya," sambungnya.
Menurut mantan suami Titiek Soeharto itu, banyak sifat-sifat Suhardi yang bisa dijadikan teladan. Seperti bagaimana perjuangan Suhardi mewujudkan nilai-nilai bangsa Indonesia dan menjunjung tingginya. Lalu sifat kerakyatannya, kebersihan, kejujuran, cinta tanah air, keilmuan, dan tekad Suhardi agar Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.
"(Suhardi) menghormati nilai-nilai budaya sendiri, bukan budaya lain. Untuk itu tentunya kita patut mengenang jasa-jasa saudara Suhardi. Saya cerita tentang almarhum karena menurut saya (Suhardi) pribadi yang memperjuangkan. Kita sungguh merasa kehilangan tetapi kita lepas beliau dengan penuh kesadaran, keikhlasan, dan kehormatan," tutup Prabowo.
Suhardi meninggal pada 28 Agustus lalu di RSPP Jakarta setelah gagal berjuang melawan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Prabowo sendiri sempat menangis dalam acara penghormatan kepada jenazah Suhardi yang dilakukan di kantor DPP Gerindra. Profesor Telo dikebumikan di kompleks pemakaman UGM di Yogyakarta.
(ear/ahy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini