"Alasan ayah mundur dari dunia pengacara sangat saya hargai. Ayah merasa sudah tidak sanggup lagi mengimbangi permainan dunia hukum pada saat itu. Ia melihat di mana-mana uang menjadi panglima," kata David Tobing.
Hal itu dia tuturkan dalam buku biografinya 'David Tobing Belajar Membela Konsumen' halaman 27 yang dikutip detikcom, Jumat (19/9/2014). Buku ini diluncurkan di Hotel Le Meridien, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhirnya di usia 29 tahun ia berhasil memiliki kantor pengacara sendiri di Kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Pusat pada 3 September 1999. Tentu saja memiliki kantor di kawasan elit seperti itu menjadi impian hampir setiap pengacara.
"Sebagai sebuah kantor baru, tentu saja kami belum punya klien tetap. Pendapatan kami setiap bulan belum jelas. Tapi bagi kami, keadaan itu adalah tantangan sehingga kami menjalani hari-hari pertama di kantor kami penuh dengan semangat," ujar David.
Kantor tersebut ia bangun bersama rekannya, Agus Soetopo, dan diberi nama Adams & Co Counsellors at Law. Mengapa memilih nama Adams? Sebab lazimnya kantor pengacara, memakai nama empunya kantor.
"Kami tidak ingin menonjolkan nama pribadi. Dengan nama itu kami berharap kantor itu akan tetap ada sekalipun suatu saat salah satu dari kami, atau bahkan kami berdua, meninggalkan kantor itu," tutur David dalam buku setebal 356 halaman itu.
Kantor tersebut beralamat di Wisma Bumiputera, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Saat awal dibentuk tahun 1999, David menyewa ruangan di lantai 6 gedung tersebut dengan luas tak lebih dari 89 meter persegi. Hingga pada 2001 Adams mendapat klien kakap, Edwin Suryadjaja dan Sandiaga Uno. Perlahan, Adams pun berkibar hingga sekarang.
"Kami bagi tugas, Agus menangani perkara korporasi sedangkan saya menangani perkara litigasi," ujar David membuka rahasianya.
(rna/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini