Selain Bidang Ekonomi, Panglima TNI Disarankan Miliki Penasihat Komunikasi

Selain Bidang Ekonomi, Panglima TNI Disarankan Miliki Penasihat Komunikasi

- detikNews
Kamis, 18 Sep 2014 14:27 WIB
Jakarta - Langkah maju dilakukan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dengan mengangkat konglomerat Dato' Sri Prof. Dr. Tahir MBA sebagai Penasihat Peningkatan Kesejahteraan Prajurit pada Kamis (18/9/2014) pagi ini. Menyusul Penasihat di bidang Ekonomi, perlu dipertimbangkan penasihat di bidang Komunikasi sebab salah satu kunci sukses TNI dalam melaksanakan tugas-tugasnya adalah pada kelancaran dan efektivitas komunikasi yang dilakukan seluruh prajurit TNI di internal dan eksternal TNI baik yang bertugas di Indonesia maupun di luar negeri.

"Sangat positif terobosan yang dilakukan Pak Moeldoko dengan mengangkat Pak Tahir sebagai Penasihat Bidang Kesejahteraan Prajurit. Itu akan mempercepat pengadaan rumah bagi prajurit dan peningkatan kesejahteraan lainnya. Selain akan mengangkat Penasehat Bidang Ekonomi, Pak Moeldoko perlu mempertimbangkan pengangkatan Penasihat Bidang Komunikasi. Itu penting sebab beliau sebagai Panglima TNI sangat membutuhkannya untuk kelancaran tugas-tugasnya baik di internal maupun eksternal TNI," ujar pengamat kepolisian dan militer, Aqua Dwipayana, pada Kamis (18/9/2014) saat diminta tanggapannya mengenai hal tersebut.

Aqua yang pakar komunikasi ini menambahkan bahwa selama ini sebagai Panglima TNI, Moeldoko, harus selalu menjadi teladan bagi ratusan ribu prajurit TNI baik yang bertugas di dalam negeri maupun di berbagai negara sebagai pasukan perdamaian dan lain-lain. Karena itu penguasaan komunikasi dan pelaksanaannya secara efektif sangat penting dilakukan. Sehingga seluruh prajurit TNI memahaminya dan dapat melaksanakan semua arahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pak Moeldoko harus dapat jadi role model di bidang komunikasi. Perilaku dan tutur kata beliau merupakan representasi dari semua prajurit TNI. Untuk itu apa pun yang dilakukan beliau terkait dengan komunikasi baik verbal maupun nonverbal harus jadi teladan. Sehingga seluruh prajurit tinggal mengikutinya saja," ujar kandidat doktor dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung ini.

Terkait dengan komunikasi yang selama ini dilakukan Moeldoko baik di internal maupun eksternal TNI, menurut mantan wartawan Jawa Pos dan wartawan Bisnis Indonesia ini, secara keseluruhan sudah baik. Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan terutama yang terkait dengan hal-hal yang krusial. Dalam kondisi seperti itulah di antaranya Moeldoko membutuhkan Penasihat di Bidang komunikasi untuk memberikan masukan.

Dalam catatan anggota Tim Pakar Seleksi Menteri detikcom ini, selama 2014 ini ada tiga pernyataan dan perbuatan Moeldoko yang mengundang kontroversi bahkan menimbulkan polemik yang seharusnya bisa dieliminir atau tidak harus terjadi jika beliau memiliki Penasihat di Bidang Komunikasi.

Pertama, saat mengusulkan agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat anugerah Jenderal Besar. Alasannya, SBY dinilai berkontribusi dalam membangun kekuatan TNI yang andal. Usulan itu disampaikan Moeldoko dalam sambutannya pada Rapat Pimpinan TNI dan Polri, di Auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK)-PTIK, Jakarta, Kamis (9/1/2014).

Waktu mendengar usulan tersebut SBY sempat kaget karena sebelumnya tidak dikonsultasikan lebih dulu ke dirinya. Selain itu momentumnya tidak pas sebab menjelang pemilihan legislatif yang dilanjutkan dengan pemilihan presiden. Dikhawatirkan pemberian anugerah itu dikait-kaitkan dengan politik.

Kedua, Moeldoko dengan nada emosi menanggapi protes pemerintah Singapura terhadap pemberian nama KRI Usman Harun. "Anak buah saya tidak hadir, ngapain gue ke sana (Singapura)," ucapnya saat menghadiri rapat koordinasi nasional dalam rangka pemantapan pelaksanaan Pemilu 2014 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Selasa (11/2/2014). Seharusnya pada hari itu Moeldoko ada di Singapura untuk menghadiri pameran kedirgantaraan internasional yang digelar di negara itu.

Kemarahan Moeldoko terhadap Singapura tak terbendung lagi. Moeldoko menolak menghadiri pameran kedirgantaraan internasional yang digelar Singapura.
Beliau marah lantaran negeri Singa ini secara sepihak membatalkan undangan 100 perwira TNI untuk menghadiri acara Singapore Airshow yang digelar 11-16 Februari 2014.

Ketiga, terkait dengan ramainya pemberitaan media massa Singapura dan Indonesia yang menyoroti jam tangan mewahnya bermerk RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph yang dipakai Moeldoko. Panglima TNI memang menjadi pemberitaan di The Millenary, sebuah laman gaya hidup. Petinggi TNI kelahiran Kediri, 8 Juli 1957 itu jadi perbincangan karena mengenakan jam tangan RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph.

Jam itu merupakan edisi spesial yang hanya dibuat 30 buah khusus untuk Amerika. Artikel itu pula yang jadi bahan pemberitaan di situs berita Singapura, mothership.sg, karena jam edisi spesial itu dibuat terbatas untuk pasaran Amerika.

Moeldoko mengaku bahwa jam tangan miliknya yang dibicarakan masyarakat di Indonesia ataupun internasional hanya barang tiruan alias palsu. Ia mengaku membeli jam itu seharga Rp 5 juta. Seusai bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Emmanuel T Bautista di Hotel Borobudur di Jakarta, Rabu (23/4/2014), Moeldoko sempat membuka jam dan menunjukkannya kepada wartawan.

"Kayak gini kok orisinal," kata Moeldoko ketika ditanya apakah itu barang asli atau tiruan.

Moeldoko mengatakan, harga jual jam tangan asli di pasaran bisa mencapai lebih dari Rp 1 miliar. Namun, ia membelinya hanya dengan Rp 5 juta. Moeldoko mengaku membeli jam tersebut karena mengagumi inovasi yang terdapat di dalamnya.

Dalam percakapan dengan wartawan, ia tak cukup memperlihatkan jamnya. Moeldoko lalu membanting jam berwarna hitam itu ke lantai. Jam Moeldoko lalu diambil anak buahnya dan diserahkan ke wartawan untuk dilihat lebih dekat. Sambil tertawa, Moeldoko lalu pergi meninggalkan kerumunan wartawan.

"Berdasarkan semua kejadian tersebut, sudah saatnya Pak Moeldoko memiliki Penasehat di Bidang Komunikasi. Sehingga jika ada isu-isu yang krusiadan kontroversial baik terkait dengan beliau pribadi maupun TNI, beliau bisa lebih dulu minta masukan ke Penasehatnya cara mengkomunikasikannya ke masyarakat lewat media agar tidak menimbulkan polemik dan merugikan dirinya dan TNI. Jika itu terkait dengan masalah dapat dieliminir. Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya," ungkap Aqua menutup komentarnya sambil mengutip Bukhari Muslim.

Moeldoko mengangkat konglomerat Dato' Sri Prof. Dr. Tahir MBA sebagai Penasihat Bidang Ekonomi dan Kesejahteraan Prajurit. Menurutnya, itu atas kerelaan bos Grup Mayapada itu sendiri.

"Panglima TNI perlu penasihat di bidang kesejahteraan prajurit. Nanti ada lagi (penasehat) di bidang ekonomi. Khusus Pak Tahir ini di bidang kesejahteraan prajurit," kata Moeldoko saat diwawancarai wartawan di Mabes Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/9/2014).

Dijelaskan Moeldoko, Panglima TNI punya dua tugas pokok. Pertama, menyiapkan prajurit TNI agar siap perang. Kedua memelihara kesejahteraan prajurit. Alasan kedua itulah yang membuat dirinya akhirnya mengangkat Tahir sebagai penasihat.

"Dalam tugas kedua itu Panglima TNI tidak mudah menjaga kesejahteraan prajurit. Ini berkaitan dengan perumahan, kesehatan dan lain-lain. saya mengangkat Pak Tahir sebagai penasihat karena kerelaan dari beliau sendiri, memberikan pengabdian kepada prajurit TNI," jelas Moeldoko.

(mad/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads