Penjelasan Mendikbud Soal Tentara, Cangkul, dan Bor di Situs Megalitikum

Penjelasan Mendikbud Soal Tentara, Cangkul, dan Bor di Situs Megalitikum

- detikNews
Rabu, 17 Sep 2014 16:51 WIB
Cianjur - Mendikbud M Nuh menyampaikan bahwa proses ekskavasi di situs megalitikum sudah sesuai aturan yang ada. Di dalam tim, ada arkeolog Ali Akbar yang juga dosen UI. Tentu sepenuhnya apa yang dilakukan di Gunung Padang, sudah sesuai kajian ilmiah dan akademik. Baik itu keterlibatan tentara, pemakaian bor, dan juga cangkul.

"Tentara ini membantu untuk melakukan ekskavasi. Penelitian substansinya‎ tetap dilakukan oleh para ahli itu. Dan itu untuk Pak Ali Akbar itu juga orang yg punya kompetensi kan, dia doktor dia dosen UI. Kita hargai semuanya, kecuali kalau yang satu yang melakukan ini tidak jelas, nggak punya track record," terang Nuh di Gunung Padang, Cianjur, Rabu (17/9/2014).

"Ini semuanya punya teknik kok," tambah dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Nuh, walau dia bukan seorang arkeolog apa yang dilakukan tim masih wajar dan dijamin tak merusak situs. "Saya kira sepanjang, saya kan bukan ahli arkeologi, tentu yang tahu kawan-kawan ini, dan ‎menurut saya, masih sesuatu yang wajar-wajar saja," terang dia.

Nuh menerangkan, penggunaan bor juga dilakukan sesuai kaidah keilmuan tak sembarang pakai. Lagipula digunakan untuk mengungkap pengetahuan dan penggunaannya berdasarkan persetujuan arkeolog.

"Itu wajar-wajar saja. Kalau nggak, pakai apa coba kalau nggak pakai bor. Tentunya dia sudah punya hitung-hitungan, kalau nggak di situ di mana coba sampeyan. Coba kalau nggak di situ di mana? Dia kan sudah, kita serahkan ahlinya. Jadi kalau kita tidak setuju sepanjang punya alasan akademiknya ya oke," urai dia.

"Siapa yang mengatakan langgar cagar budaya? Siapa yang bilang begitu? Ya silakan ndak apa-apa. Kalau kita nggak pakai bor, pakai apa hayo? Kita pakai apa coba? Kita ingin mengetahui kedalaman yang ada di gunung ini, ‎taruhlah 5 meter 10 meter, mau pakai apa? Digali? Nggak masuk akal. Mau digali dengan lebar 10 M gitu, nggak masuk akal," tambahnya lagi.

Menurut dia, sepanjang perdebatan Akademik dan sepanjang bisa dibuktikan Akademik, tidak ada masalah dalam metode Gunung Padang ini.

"Jangan semuanya tidak setuju terus semuanya serba salah. Jadi kecuali kalau yang melakukan penelitian sekolahnya nggak jelas, dia tidak punya track record akan hal itu, kita tidak segegabah itu," imbuhnya.

"Tapi kalau mereka melakukan penelitian itu secara engineering bisa dibuktikan, ada urusan geologinya, arkeologinya ada, kecuali kalau Pak Ali Akbar bukan arkeolog kita nggak percaya, kalau ada arkeolog lain nggak setuju nggak apa-apa sepanjang masih ada landasan yang bisa dipegang," tutupnya.

(dha/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads