Hal itu dibenarkan pengasuh Ponpes Tebu Ireng, KH Solahudin Wahid. Pria yang akrab disapa Gus Solah ini mengatakan, Saiful pernah satu tahun menuntut ilmu di pondoknya. Selama menuntut ilmu di Ponpes Tebu Ireng, pria asal Palu, Sulteng itu menunjukkan perilaku yang normal.
"Selama setahun mondok disini, perilakunya normal-normal saja. Karena selama ini di Tebu Ireng selalu kami sampaikan bahwa paham seperti ini (teroris) tidak sesuai dengan ajaran Islam," kata Gus Solah saat dihubungi, Selasa (16/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saiful diduga terlibat menyembunyikan DPO teroris atas nama Mukhtar alias Romi yang merupakan jaringan Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso. Sedangkan Dua WNI lainnya adalah M Irfan dan Yudit Chandra menjadi penjemput bagi 4 WNA di Makasar.
Sementara 4 WNA asal Turkestan yang turut diringkus Densus 88 diduga akan bergabung dengan buron teroris dari jaringan Santoso melalui perantara Daeng Roro. 4 WNA itu adalah WN Tiongkok yang tinggal di daerah perbatasan Turki-Tiongkok, atau dikenal sebagai Suku Uighur. Mereka diduga terkait dengan kegiatan ISIS di Indonesia.
"Dia kan belum tentu terlibat, yang saya dengar kan dia disewa sopir rental mobil untuk mendampingi 4 WNA itu. Andaikan terlibat jaringan teroris, mungkin dia terpengaruh kawan-kawannya," tandas Gus Solah.
Selain meringkus 7 orang terduga teroris, polisi juga menyita barang bukti berupa mobil minibus Daihatsu Xenia warna merah, paspor berinisial AB, kompas dan peralatan makan. Saat ini keempat WNA mejalani pemeriksaan di Mako Brimob Jakarta. Sedangkan Saiful bersama dua WNI lainnya masih diperiksa di Mapolda Sulteng.
(bdh/ndr)