Detikcom mendapatkan kesempatan istimewa untuk menikmati sunset di teluk itu bersama rombongan Qualcomm, Kamis (11/9/2014). Sambil menunggu kapal dengan tiga tiang layar berwarna merah menyala bersandar di Wan Chai, Hongkong, rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang itu menikmati hembusan angin laut yang menerobos struktur wahana raksasa dan Museum Maritim Hongkong yang mewah dan modern.
Tak beberapa lama, kapal bertipe junk rig itu mulai mendekat. Layar utamanya yang berwarna merah dan sangat besar menarik rombongan untuk mengabadikannya lewat kamera ponsel. Kapal yang mampu mengangkut 80 orang itu tak bersandar lama, ketika seluruh rombongan telah berada di atas dek, Aqua Luna langsung berlayar mengelilingi teluk Pelabuhan Victoria selama 90 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal berukuran 140 meter persegi ini digerakkan oleh mesin motor, dan tiga layar merahnya hanya sebagai pemanis. Ombak yang membelai lambung kapal berwarna cokelat tua ini memberikan goyangan yang cukup membuat mangkuk cemilan jatuh dari tempatnya, namun awak kapal sigap memegang mangkuk-mangkuk cemilan dan gelas minuman rombongan ketika ombak kembali datang.
Kapal yang terbuat dari kayu dengan panjang 28 meter ini memang khusus untuk kegiatan pariwisata dengan harga sewa maksimal mencapai $HK 80.000 atau setara Rp 120 juta sekali jalan. Walau biayanya fantastis, sensasi menikmati matahari terbenam yang cahayanya terpantul oleh gedung-gedung pencakar langit dari atas kapal tradisional sangat luar biasa.
Bagian dek bawah Aqua Luna adalah sebuah meja restoran panjang yang umum digunakan restoran-restoran di daratan. Sementara di bagian luar dek bawah, ada tiga sofa lingkar yang digunakan peserta rombongan untuk ber-selfie atau sekedar menikmati minuman mereka.
90 Menit pun berlalu, sang surya juga sudah digantikan oleh Luna. Aqua Luna lalu menghantarkan rombongan ke Tsim Sha Tsui, Kowloon, untuk menikmati makan malam dengan view gedung pencakar langit Hongkong. Tsim Sha Tsui terkenal dengan view lampu-lampu eksotis gedung pencakar langit yang terpantul di air laut Teluk Pelabuhan Victoria.
Bagaimana dengan Teluk Jakarta? Untuk bisa seperti Teluk Pelabuhan Victoria, masih banyak yang harus dibenahi oleh Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat. Selain pembagian khusus pelabuhan antara wisata dan niaga, Teluk Jakarta juga membutuhkan kapal tradisional seperti Pinisi dan infrastruktur modern agar mampu bersaing dengan Aqua Luna.
Walaupun bisa membuat Teluk Jakarta sebersih dan serapih Teluk Pelabuhan Victoria, tetap saja gedung pencakar langit di ibu kota tidak terkonsentrasi di kawasan pelabuhan seperti di Hongkong.
"Kapal ini sudah ada sejak 2006 dan hanya satu-satunya untuk wisata di sini. Ini memang kapal tradisional dibuat selama 18 bulan di bawah pengawasan pembuat kapal tradisional berusia 73 tahun," ujar salah satu peserta rombongan bernama Vivien kepada detikcom.
"Nama kapal ini diambil dari kapal bajak laut Tiongkok abad ke-19. Biasanya digunakan untuk pesta cocktail sambil menikmati terbenamnya matahari," tambah wanita yang sejak lahir tinggal di Hongkong itu.
(vid/gah)