Β
detikcom berkesempatan ke Paris atas undangan Pertamina dalam program 'Pertamax and Fastron Go To Europe' pada 8-11 September 2014 lalu. Saat melewati Place de La Concorde, alun-alun legendaris di ujung boulevard Champs Elysees, Paris, terdapat tugu berbentuk Obelisk yang menjulang.
Β
"Anda tahu, konon Soekarno terinspirasi membuat Tugu Monas setelah melihat obelisk itu," tutur pemandu tur rombongan, Awen Lee.
Β
Awen yang lulusan sekolah pariwisata di Swiss ini kemudian mengatakan bahwa Soekarno saat di Paris, menginap di hotel legendaris, Hotel Crillon. Hotel itu tepat terletak berhadapan dengan Obelisk.
Β
"Setelah melihat obelisk dari jendela Hotel Crillon, Soekarno berpikir sepertinya harus punya satu di Indonesia. Dan akhirnya dia membangun Tugu Monas," jelas pria yang sudah 12 tahun menjadi pemandu tur ini.
Β
Obelisk itu, menurut Awen, diberikan oleh Raja Luxor di Mesir untuk bangsa Prancis. Ujung dari obelisk itu berlapiskan emas, mirip seperti Tugu Monas.
Β
Pantauan detikcom, obelisk yang terdiri dari 4 sisi dan di puncaknya berbentuk piramida itu dihiasi tulisan hieroglif di keempat sisinya. Sayang, rombongan tak sempat turun untuk mengamati lebih dekat dan hanya sekilas.
Β
Menurut Wikipedia, Obelisque de Luxor di Place de La Concorde ini hanya ada 2, menjadi gerbang masuk dari Kuil Luxor di Mesir. Awalnya, pemimpin Mesir Mehmet Ali Pasha memberikan kedua obelisk itu pada Prancis tahun 1829 yang diterima Raja Louis Philippe tahun 1836. Namun tahun 1990, Presiden Francois Mitterand mengembalikan satu obelisk ke Mesir. Pemerintah Prancis juga memutuskan untuk memoles emas di puncak piramida obelisk ini tahun 1998.
Β
Obelisk itu menjulang setinggi 23 meter dengan berat 250 ton. Selain tulisan hieroglif, di sisi plakatnya terdapat gambar yang menunjukkan cara atau teknologi bagaimana obelisk itu diangkut dari Mesir. Obelisk dari batu granit itu berusia 3 ribu tahun dan dipenuhi hieroglif saat kekuasaan Raja Ramses II.
Β
Sedangkan menurut pengagum pemikiran Bung Karno, Roso Daras, dalam blognya rosodaras.wordpress.com, juga menyinggung keterkaitan Obelisque de Luxor yang dilihat Bung Karno dari Hotel Crillon yang kemudian menginpirasi Bung Karno membuat Tugu Monas. Namun, Roso mengakui belum ada data dan fakta yang memperkuat kabar itu.
Β
"Untuk mempersempit masalah, dari literasi yang sempat saya baca, memang tidak ada satu kalimat langsung Bung Karno yang membenarkan kabar itu. Ditambah, bentuk tugu, di mana pun, dari era kapan pun, yaaa umumnya memang berbentuk obelisk, tinggi menjulang dengan bentuk runcing di puncaknya. Karenanya, agak sulit memang menyetujui tudingan Bung Karno meniru obelisk of luxor waktu merancang Monas. Terlebih kalau dicermati, memang tidak sama dan sebangun," jelas Roso dalam blognya.
Sementara sejarawan LIPI Asvi Warman Adam mengakui tidak mengamati persis antara pembangunan Tugu Monas dan kaitannya dengan obelisk di Place de La Concorde, Paris. Yang jelas, imbuh Asvi, ketika pembangunan Monas dipersoalkan, Bung Karno pernah berpidato akan kunjungannya ke museum di Meksiko.
"Di museum (di Meksiko) itu ditulis 'Anda baru meninggalkan museum ini tapi Anda tidak meninggalkan sejarah. Bung Karno pernah mengatakan bahwa negara bangsa ini tidak membutuhkan makanan saja, tapi celana, patung dan lain-lain itu 'celana' dari satu peradaban. Selebihnya, saya tidak memperhatikan," jelas Asvi yang pernah belajar di EHESS (Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales) Paris ini, saat dihubungi detikcom, Senin (15/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
Di tempat obelisk itu berdiri, dulunya adalah tempat alat hukuman mati, guillotine. Di Place de La Concorde juga saksi bisu bagaimana pelaku korupsi dihukum mati dengan guillotine, termasuk Marie Antoinette dan Raja Louis XVI.
Β
Louis XVI dan Marie Antoinette hidup bermewah-mewah dari pajak rakyat, membangun istana mewah Versailles dan akhirnya menimbulkan kemarahan rakyat yang membawa akhir hidupnya di ujung pisau guillotine. Ironisnya, Istana Versailles yang dulu dibangun Louis XVI dari pajak rakyatnya kini malah menjadi sumber pemasukan pemerintah Prancis dari sektor pariwisata.
Β
"Sekarang Istana Versailles tetap dibuka sebagai museum. Banyak wisatawan yang datang," tutur Awen.
(nwk/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini