Pusat Penelitian Biologi bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membudidayakan varian pisang dari berbagai jenis. LIPI juga tengah melakukan budidaya kentang hitam yang bagus dikonsumsi untuk diet.
Sebagian pisang-pisang yang sedang dibudidaya dipamerkan dalam acara open house Puslit Biologi Bidang Botani yang digelar di LIPI Cibinong Science Center (CSC), Cibinong, Bogor, Jumat (12/9/2014). Pembudidayaan ini untuk mendapatkan hasil pisang berkualitas unggul.
"Pisang-pisang di Indonesia dikumpulkan, pisang liar maupun pisang konsumsi dan dikawinsilangkan agar rasanya tetap enak dan tahan penyakit," ujar staf Puslit Biologi, Yulita di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya sedang kita budidaya agar pisang memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit tapi tetap enak juga dimakan," kata staf Puslit Biologi lainnya, Tanti di lokasi yang sama.
Menurut Tanti, LIPI sudah berhasil mendaftarkan 2 varian pisang hasil penelitian, yakni pisang jambe dan pisang mas lumut. Dua jenis pisang ini merupakan hasil hasil polyploidisasi (penggadaan kromosom) untuk membuat ukuran lebih besar. Sementara untuk penyilangan pisang liar dan pisang konsumsi meski telah didapatkan beberapa hasil, disebut Tanti hingga kini masih dalam proses penelitian.
Selain pisang, LIPI juga sedang melakukan penelitian terhadap salah satu pangan alternatif, kentang hitam. Penelitian yang dilakukan adalah untuk perbaikan genetik terhadap kentang langka ini.
"Ini aslinya kecil-kecil, harapannya supaya jadi lebih besar tapi sedang dalam proses. Ini agak nggak stabil soalnya, tergantung lingkungan kondisi tumbuhnya," kata salah satu staf di booth kentang hitam, Gita, di lokasi yang sama.
Kentang jenis ini banyak ditemukan di Lebak, perbatasan Bogor-Banten, Kulon Progo, Boyolali, Nganjuk, dan Ngawi. Selain bisa dijadikan snack ataupun disayur, kentang ini bisa dijadikan tepung untuk dibuat menjadi kue kering maupun basah. Kentang kecil ini juga memiliki beberapa khasiat.
"Bagus untuk diabetes dan sakit maag. Untuk diet juga bagus karena kandungan karbohidratnya sedikit. Rasanya lebih pulen dibanding kentang biasa, tapi baunya lebih menyengat," tutup Gita.
(ear/kff)