“Transjakarta itu sekarang punya 700 bus, di mana sekitar 450 bus yang oke dan 200 bus harus diganti,” kata Kosasih, saat ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (10/9/2014).
Menurut Kosasih, saat ini pengadaan bus sangat mendesak untuk dilakukan segera. Tetapi hal itu tak bisa dilakukan dalam waktu dekat karena harus menunggu peralihan pengelolaan dari Unit Pengelola (UP) ke BUMD Transjakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau mau 1.300 bus, maka kita harus pengadaan sekitar 850 bus, selambat-lambatnya dalam 2 tahun ini,” sambungnya.
Kosasih menekankan, sebelum membeli bus, pihaknya akan menyiapkan spesifikasinya terlebih dulu. Salah satu yang harus diperhatikan adalah merek dan ketersediaan suku cadang. Hal ini untuk mencegah pengadaan yang asal-asalan seperti yang terjadi saat ini.
“Standarnya harus internasional. Nah kalau sekarang, kita samakan dulu standarnya, setelah semua sama, saya akan dapat kualitas dan dukungan sama. Kita mau beli merek yang punya suku cadangnya ada dan bisa diservis di sini,” ucap Kosasih.
Untuk pengadaan, pihaknya menggandeng operator bus lama dan operator yang baru. Kepada operator lama, seperti Mayasari Bhakti, mereka dapat kesempatan untuk ditunjuk langsung tapi tetap harus berdasarkan gasul lelang.
“Hasil lelang itu akan jadi standar untuk tunjuk langsung. Misalnya mobilnya harus Scania, Mercy, Volvo satu unit harganya sekian dan spesifikasinya seperti ini. Integritasnya begini, dan besi ini bisa tahan sekian tahun, sehingga kita bisa tentukan kontraknya berapa tahun. Kita akan atur standarnya,” pungkasnya.
(ros/rvk)











































