"Kami dari pihak sekolah setelah membaca berita tersebut langsung mengecek siapa orang tua murid yang melaporkan. Dan apakah kejadian itu ada dan siapa yang sebenarnya yang menjadi korban," ujar Kepala Sekolah SMA Al-Kamal, Dani kepada wartawan, Jumat (5/9/2014).
Saat berbicara dengan wartawan, Dani ditemani oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum Silmy Kaavah Purnama, guru dan murid kelas X yang menjadi korban. Untuk penjelasan lebih lanjut, wakil kepala sekolah Silmy menerangkan awal kejadian sebenarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silmy mengatakan, pihak sekolah langsung mencari tahu siapa pelaku dan ada beberapa siswi yang berada di lokasi. Bahkan pihak sekolah sempat marah kepada siswa yang tidak ada inisiatif melaporkan ke pihak sekolah.
"Anak-anak saat itu mengaku tidak ada paksaan dan bukan makan makanan basi. Mereka diajak kumpul disuruh makan nasi garam sama permen relaxa. Kakak kelas pemeran utama di situ. Itu merupakan supaya kompak solidaritas pertemanan," jelas Silmy.
Fahri yang merupakan korban mengatakan saat itu dirinya dan sejumlah temannya diajak senior ke Copy Las. Di sana dirinya memang disuruh jalan jongkok dan makan nasi garem.
"Rame ada 10an orang disuruh kakak kelas XI dan XII untuk jalan jongkok. Selain itu disuruh makan nasi pake garam," cerita Fahry.
Fahry mengutarakan, tidak ada paksaan dalam melakukan semua hal tersebut. Namun, dirinya memang takut jika tidak melakukan jalan jongkok.
"Saya memang sudah pusing sebelumnya. Tapi saya takut kalau tidak melakukan. Tapi enggak dipaksain juga," ujarnya.
Sebelumnya, 20 siswa SMA Al-Kamal menjadi korban plonco kakak kelas. Para siswa itu dipaksa makan makanan basi pada tanggal 20 Agustus 2014.
(spt/slm)