Perjalanan hidup Jero memang dikisahkan penuh lika-liku. Saat bicara di depan para wisudawan PTK Akamigas Cepu, Rabu (20/6/2012), dia menyebut kariernya dimulai dari bawah. Sewaktu di bangku SMA, Jero mengatakan dia pernah menjadi guru di kelasnya sendiri dan mengajar matematika.
"Saya pernah jadi guru privat dan kondektur bus. Itu saya lakukan ketika saya menjalani kuliah," kata Jero.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam biografinya di situs Perpustakaan Nasional RI, Jero tercatat lahir di Singaraja, Bali, pada tanggal 24 April 1949. Politisi Demokrat ini lulus sarjana dari Institut Teknologi Bandung tahun 1974 dan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1983.
Dia seorang pengusaha jasa pariwisata yang aktif di Partai Demokrat. Dua dari tiga perusahaan yang dimilikinya bergerak di bidang hotel, biro perjalanan wisata, yaitu PT Griya Batu Bersinar dan PT Pesona Boga Suara yang berkantor di Jakarta dan Bali. Sedangkan satu lagi, PT Puri Ayu, bergerak di bidang interior, desain tekstil juga berkantor di Jakarta dan Bali. Bidang ini dijalaninya sejak tahun 1990-an. Sebelumnya, ia bekerja di perusahaan industri otomotif.
Saat masih kuliah ITB, Jero sudah bekerja di bebarapa perusahaan tekstil di Bandung sebagai tim peneliti, sekaligus sebagai asisten jurusan Fluid Mechanics and Thermodynamics Mechanical Engineering, di ITB. Sambil bekerja dan aktif berorganisasi, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di ITB pada 1973 dengan predikat Mahasiswa Teladan ITB 1973.
Usai menyelesaikan pendidikan di Kampus Ganesa, Jero langsung bekerja di PT United Tractors sebagai Asistant Services Manager (1974-1975). Di perusahaan otomotif terkemuka Grup Astra International ini kariernya terus meningkat dengan posisi jabatan mulai dari asisten (1974) hingga menjabat Government Sales Manager (1990).
Ayah dari tiga putri dan satu putra ini juga menulis buku antara lain, "Cara Mudah Menjadi Wirausaha" yang diterbitkan Lembaga Penerbit UI (LP UI) pada 1998, "Fisika untuk SMA" diterbitkan Ganesha Exact Bandung (1979), dan "Matematika untuk SMA" Ganesha Exact Bandung.
Soal buku yang ditulis Jero, ada kisah menarik yang disampaikan mantan kepala SKK Migas Rudi Rubiandini. Pada 14 Juni 2012 lalu, dia mengatakan pernah belajar matematika dari buku yang ditulis Jero yaitu matematika untuk SMA.
"Saya sudah lama kenal nama Jero Wacik, bahkan pada saat saya SMA, saya belajar matematika pakai buku buatan dari Jero Wacik," kata Rudi.
Bahkan, kata Rudi, pada masa SMA tersebut setiap buku tulisan Jero Wacik pasti rusak. "Masalah satu buku dibaca banyak orang, jadi pasti rusak, itu pertama kali saya kenal nama Jero Wacik," kata Rudi.
Kini, Rudi dan Jero sama-sama menghadapi kasus di KPK. Rudi sudah divonis 7 tahun penjara karena kasus suap bidang migas. Sementara Jero baru ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pemerasan hingga Rp 9,9 miliar.
(mad/nrl)