Mantan Direktur Tindak Pidana Narkoba yang saat ini menjabat Kapolda Kepulauan Riau (Kepri), menutup rapat siapa perempuan yang dimaksud Jenderal Sutarman. Dia beralasan sudah bukan wewenang dirinya lagi untuk bicara soal pidana narkotika.
"Kalaupun saya tahu saya tidak akan beritahu, karena itu bukan otoritas saya lagi," kata Arman di Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (2/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penolakan Anjan karena dia merasa bukan kewenangan dia untuk bicara hal tersebut, mengingat dirinya masih menjabat sebagai Kepala Biro Pengawas Penyidikan (Karo Wasidik).
Wakil Direktur Tindak Pidana Narkotika Kombes Nugroho Adji juga menolak menjelaskan siapa sosok A yang dimaksud. "Saya tahu, tapi silakan ke Pak Anjan (Dir Tipid Narkotika)," elak Nugroho.
Informasi yang didapatkan, perempuan yang mempengaruhi AKBP Idha ini adalah orang dekat perwira menengah itu. Sang perempuan digadang-gadang pernah memiliki hubungan dengan bandar kakap narkotika. Sang bandar juga dikenal piawai memasok narkotika dari lapas ke lapas. Maklum saja, hampir seluruh lapas di Jakarta dan Bandung pernah ditempatinya. Termasuk Nusa Kambangan.
Perempuan ini juga diketahui pernah memiliki hubungan dengan perwira menengah kepolisian yang bertugas di lembaga antinarkotika. Namun, karena hubungan tersebut, terlebih perempuan itu pernah berhubungan dengan bandar besar, sang perwira diberi sanksi tegas pimpinan.
Sementara bandar besar tersebut saat ini berada di otoritas kepolisian China, setelah sekian lama lolos dari sergapan petugas kepolisian internasional.
Mabes Polri menduga aksi AKBP Idha Endri Prastiono di Malaysia dalam kasus narkoba dipengaruhi bandar besar. Seorang wanita misterius yang 'meracuni' integritas para anggota kepolisian sedang dipantau.
"Ada seorang perempuan yang sedang dalam pengawasannya Pak Arman Depari (Direktur Narkoba Mabes Polri), perempuan ini mempengaruhi yang bersangkutan, bahkan mempengarui anggota Polri lainnya," kata Kapolri Jenderal Sutarman.
(ahy/mad)