Menurut Agoes, permasalahan lingkungan yang kerap terjadi di berbagai wilayah di Indonesia ini penyebabnya sangat kompleks. Penyebab yang utama adalah kemiskinan, masih rendahnya tingkat pendidikan sebagian masyarakat dan kurangnya komitmen penyelenggara pemerintahan dan pelaku kegiatan (industri) terhadap lingkungan. Pria bergelar profesor ini sering menemukan wilayah industri yang berdampingan langsung dengan wilayah perikanan dan pertanian sehingga terjadi konflik kondisi lingkungan.
"Langkah yang dapat dilakukan ialah setiap daerah membuat tata ruang yang benar yang tidak menimbulkan konflik lingkungan, dan konsisten menjalankannya dengan tidak merubahnya setiap saat seperti yang sering terjadi saat ini," kata Agoes dalam wawancara lewat surat elektronik dengan detikcom, Selasa (2/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Andal sebagai garda depan dalam pengelolaan lingkungan di suatu daerah pun masih banyak dikerjakan dan dinilai asal-asalan, hanya dijadikan formalitas saja. Akibatnya, masih sering terjadi konflik lingkungan jika ada proyek pembangunan di beberapa tempat di Indonesia," ujarnya.
Saat ini, Agoes aktif melakukan penelitian dan menulis jurnal yang dipublikasikan di dalam maupun luar negeri. Kini, penelitian-penelitiannya terkait perubahan iklim bersama para mahasiswanya sudah mendapat apresiasi dari dunia internasional.
"Untuk meyakinkan bahwa riset yang kami lakukan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, kami meminta para ahli dari negara lain terutama dari negara maju untuk me-review hasil riset kami tersebut. Alhamdulillah, banyak dari hasil riset kami tersebut diapreasiasi oleh mereka dan diterima untuk diterbitkan di jurnal-jurnal lingkungan yang diterbitkan oleh penerbit bonafide," ungkap pria berusia 52 tahun ini.
(imk/erd)