Salam Lestari! Tengok Perjuangan Mahasiswa Indonesia Menaklukan Gunung Elbrus

Salam Lestari! Tengok Perjuangan Mahasiswa Indonesia Menaklukan Gunung Elbrus

- detikNews
Rabu, 27 Agu 2014 15:50 WIB
istimewa
Jakarta -

Mendaki gunung es adalah salah satu impian sekaligus tantangan besar bagi pendaki asal daerah tropis seperti Indonesia. Sebab karakter gunung es sangat berbeda dengan karakter gunung hutan di Indonesia.

Tentu berbagai persiapan seperti fisik, mental dan materi harus dilakukan secara matang. Demikian pula yang dilakukan Tim Ekspedisi Gunung Elbrus, Rusia dari Mapala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tim yang beranggotakan 3 orang laki-laki dan seorang perempuan ini berhasil mencapai puncak Elbrus setelah melalui medan pendakian berat dan bersalju selama 6 hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Benar-benar pengalaman yang tidak mudah dan tak terlupakan," demikian kalimat pertama yang muncul dari salah seorang atlet, Singgih Ainin Muttaqin (26) saat menceritakan pengalamannya kepada detikcom, Rabu (27/8/2014).

Ketiga atlet lainnya adalah Muhammad Fauzan (21), A Rasyid Ghandi (21) dan Saigunsi Bonita (19) yang merupakan satu-satunya atlet perempuan. Mereka dimanajeri oleh Suwarjono Lempo atau yang akrab di sapa Bang Lempo.

Perjalanan dari Indonesia dilakukan sejak tanggal 1-18 Juni 2014. Sementara pendakian mulai dilakukan dari tanggal 6-11 Juni.

"Kami tiba di Desa Terskol, desa terakhir di lereng Gunung Elbrus, tanggal 6 Juni. Dingin. Suhunya minus 15 derajat Celcius," kata pria yang akrab disapa Bolus ini.

Mereka mengenakan pakaian berlapis 5. Lapis pertama adalah baju long john, kemudian di atasnya adalah baju jenis polar quick dry lengan panjang. Lapis ketiga adalah polar lalu keempatnya jaket jenis gortec sebagai pakaian waterproof. Kemudian lapis terluar adalah jaket bulu angsa.

Hari itu juga tim melakukan aklimatisasi dengan perjalanan pendakian dari Terskol menuju Cheget Peak yang berada di ketinggian 3.460 mdpl. Proses aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi fisik dengan keadaan alam di sekitar lokasi tersebut.

Hari kedua, mereka kembali melakukan aklimatisasi dari Terskol ke Diezelhut pada ketinggian 4.055 mdpl. "Kepala kami sudah mulai pusing. Bagian belakang nyut-nyutan," ujar Bolus.

Aklimatisasi terakhir, tim melakukan pendakian hingga ketinggian 4.700 mdpl, yaitu di Pastuchov's Rock. Di mana, menurut Bolus, aklimatisasi ini menjadi penilaian layak atau tidaknya mereka melakukan pendakian hingga ke puncak.

"Tanggal 9 kami rest untuk normalin lagi kepala kami. Hari itu kami nggak boleh ngapa-ngapain. Main-main salju aja di sekitar camp," kenangnya.

Keesokan harinya, sekitar pukul 03.00 dini hari waktu setempat, tim melakukan pendakian menuju puncak. Suhu kala itu semakin dingin menusuk tulang.

"Minus 43 derajat Celcius. Dingin kali rasanya," ujar pria asal Medan ini.

Mereka sengaja memulai start dini hari untuk mencapai target tiba di puncak sebelum pukul 12.00. Sebab menurut penduduk setempat, di atas jam 12.00 cuaca sangat rawan. Angin semakin kencang dan tak jarang terjadi badai.

"Selama pendakian oksigennya tipis dan bikin kepala pusing. Itu kendala utamanya," kata atlet lain, Fauzan.

Namun perbedaan cuaca tersebut tak menyurutkan niat mereka. Tim terus melangkah di atas bentangan putih salju. Tongkat es di kedua tangan terus diayunkan untuk membantu langkah mereka. Meski stamina naik turun disertai kepala yang pusing karena kekurangan oksigen, keempat atlet tersebut tetap melangkah dengan yakin.

"Akhirnya kami sampai puncak jam 12.45. Kami langsung sujud syukur," katanya.

Saat itu, menurut Bolus, angin di puncak semakin kencang. Sehingga mereka tidak disarankan berada di area itu terlalu lama.

"Sebenarnya sarannya 10 menit. Tapi kami sampai 30 menit karena harus foto untuk sponsor," katanya.

Tim juga mengenakan baju batik Jogja untuk kampanye budaya Indonesia. "Kami pecahkan rekor Muri pakai batik di puncak tertinggi Eropa," tuturnya.

Mereka kemudian turun menuju base camp lalu kembali ke desa Terskol pada keesokan harinya.

(kff/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads