Pemerintah mulai memberlakukan pembatasan bensin bersubsidi di SPBU sekitar Jakarta. Alhasil banyak pemilik kendaraan yang gigit jari karena jumlah pembelian dibatasi.
"Ini saya mau ngisi Rp 12 ribu aja nggak dibolehi. Kata petugasnya maksimal Rp 10 ribu, kalau begini sama saja bohong," ujar Supriadi pengendara sepeda motor Honda Beat B 6954 TLO usai mengisi bensin di SPBU 34-13210, Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (26/8/2014).
Supriadi mengaku tidak setuju atas kebijakan pembatasan bensin bersubsidi. Menurutnya pembatasan lebih baik diperuntukan kendaraan roda empat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap harinya Supriadi mengandakan sepeda motor kesayangannya untuk bekerja. Menurutnya dengan ada pembatasan bensin bersubsidi ini membuat tugasnya lebih berat.
"Setiap hari saya selalu memakai motor, aktivitas saya selalu keliling, kalau dibatasi gini waktu saya banyak yang terbuang," ungkapnya.
Wahyudi, salah seorang warga lainnya, juga kesal dengan adanya pembatasan ini. Dia menyarankan lebih baik harga premium dinaikan saja tanpa adanya pembatasan.
"Kalau begini, jadi ribet, apalagi kayak saya ini, tiap hari nganter barang. Mending harga bensin dinaiki aja tapi nggak perlu ada pembatasan," kata Wahyudi yang berprofesi sebagai supplier barang sembako usai mengisi bensin di SPBU 34-13-210 Rawamangun.
Sebagai suplailer barang sembako, Supadi memang memodifikasi kendaraan roda dua miliknya. Setiap kali mengisi bahan bakar, ia harus menurunkan barang bawaannya.
"Kalau begini terus bisa gempor, sekarang kebayang nggak dengan jatah bensin kurang dari 2 liter motor cuma bisa sampai mana," tuturnya. (edo/fdn)











































