Cerita para ibu hamil melalui redaksi@detik.com pada, Jumat (22/8/2014) sungguh miris. Memang ada orang-orang baik yang rela memberi kursi di angkutan umum, tapi itu pun jarang-jarang. Banyak yang cuek, pura-pura tidak melihat, atau juga pura-pura tidur. Sayang sekali, sungguh sayang rasa kemanusiaan manusia Indonesia.
Kita yakin, para ibu hamil itu tidak minta dikasihani, tapi penumpang yang lain mesti ada kesadaran. Rasakan bagaimana kalau itu ibu kita, istri kita, atau saudara perempuan kita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak semua seperti Tanty berani bicara kepada kondektur. Mungkin ibu-ibu hamil yang lain hanya bisa diam dan menahan pegal serta lelah dengan berdiri.
"Kalau naik commuter line, saya selalu bersama suami, suami sayalah yang sering meminta tempat duduk pada orang yang tidak berhak duduk di kursi prioritas," tambah Tanty.
Sedang Mega (36), juga punya pengalaman serupa. Sebagai ibu hamil, dengan usia kandungan 9 bulan dia pernah dicuekin di bus P57 jurusan Blok M-Pulogadung.
"Yang pada saat itu tempat duduknya terisi penuh dan saya sendiri yang berdiri. Padahal waktu itu saya sedang hamil besar, kebanyakan bapak-bapak yang sedang duduk hanya melihat saja tanpa ada yang memberikan tempat duduk. Akhirnya saya pun duduk itu pun karena ada seorang wanita yang mau turun. Ternyata ketidakpedulian orang di Jakarta terhadap sekitarnya sudah benar-benar parah. Semoga pemerintah bisa memberikan solusi untuk hal tersebut," imbau dia.
Dan, soal orang baik tadi, yang rela memberikan tempat duduk kepada ibu hamil bisa melihat pengalaman Monika. Setiap hari dia naik KRL dari Stasiun Tangerang sampai dengan Stasiun Duri. Karena berangkat dari stasiun awal pasti dia dapat tempat duduk.
"Jadi bisa dibilang perjalanan brangkat kerja nyaman untuk saya. Oh iya, selama ini saya tidak pernah sampai minta tempat duduk di KRL. Biasanya saya hanya berdiri di depan tempat duduk prioritas dan menunggu kesadaran orang-orang yang duduk di tempat tersebut. Hasilnya selama hamil saya tidak pernah dibiarkan berdiri oleh penumpang KRL yang lain," tutup Monika.
Bagaimana menurut Anda?
(ndr/mad)