Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie telah mengirim surat resmi ke KPU meminta kedua politikus muda Golkar yang merapat ke Jokowi-JK itu dicoret dari daftar anggota DPR terpilih di Pileg 2014.
Langkah Nusron dan Agus merapat ke kubu Jokowi-JK secara politis cukup jeli lantaran Jokowi-JK terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. Namun Ical yang menegaskan Golkar tetap di oposisi tak mau mentolerir manuver Nusron dan Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nusron adalah elite Golkar pertama yang menyatakan dukungan ke Jokowi-JK. Nusron yang juga Ketua GP Ansor menyebut lebih baik mendukung kader Golkar di Pilpres yakni Jusuf Kalla (JK) daripada mendukung calon lainnya.
Golkar sebenarnya sempat menjajaki koalisi dengan Jokowi. Konon karena tak ada kesepakatan kemudian Ical mengarahkan koalisi ke Prabowo-Hatta. Prabowo menawarkan posisi Menteri Utama untuk Ical sembari menawarkan pola kepemimpinan kolektif kolegial.
Setelah Prabowo-Hatta kalah di Pilpres 2014, internal Golkar bergejolak hebat. Semakin banyak elite Golkar yang ingin mengarahkan koalisi ke Jokowi-JK. Waketum Agung Laksono dengan lantang mendorong Munas Golkar digelar di tahun 2014 untuk mengganti ketum Golkar. Agung juga membuka peluang koalisi dengan pemerintahan Jokowi.
Sama seperti perlakuan kepada Nusron dan Agus, Ical juga mengancam memecat Agung Laksono. Tapi karena arus penolakan yang kencang, Ical kemudian mengurungkan niatnya. Tentu saja karena Agung masih punya cukup kekuatan di internal Golkar.
Namun Nusron dan Agus Gumiwang yang dianggap membangkang langsung diproses pemecatannya. Tak hanya kehilangan jabatan di DPP Golkar, keduanya juga tak diizinkan lagi duduk di kursi empuk DPR.
Darah muda masih deras mengalir di keduanya, mereka menyerukan perlawanan. "Kami akan melakukan perlawanan secara hukum melalui PTUN," kata Agus kepada detikcom, Senin (18/8/2014).
Apakah perlawanan mereka akan membuahkan hasil, ataukan mereka berdua akan gigit jari?
(van/nrl)