Novela Nawipa menghadiri acara HUT ke-69 RI yang diadakan oleh kubu Prabowo-Hatta di Rumah Polonia. Dalam kesempatan itu, Novela membuat pengakuan terkait isu ancaman dan teror terhadap dirinya.
Novela mengaku, dirinya tidak merasa ada tekanan ketika menjadi saksi dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK) pekan lalu. Sebelum bersaksi, dirinya tak merasa diintimidasi.
"Tapi setelah jadi saksi di MK, saya diteror via telepon dan SMS. Rumah pagar saya dirusak, ada foto. Keluarga saya bilang ada teror kalau rumah mau dibakar di Paniai," ujar Novela di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Minggu (17/8/2014) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keterangan Novela ini berbeda dengan pernyataan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai. Natalius menyatakan, Novela datang ke kantor Komnas HAM dan menerangkan kalau tidak ada ancaman apapun terhadap dirinya.
"Kedatangan kami ke Komnas HAM bukan mengadu. Dia (Natalius) abang karena kakak dan saudara. Saat di dalam (kantor Komnas HAM), malah digiring untuk katakan TPS kami di Awaputu diarahkan ke distrik. Yang di Awaputu tidak ada, saya tidak bisa diintervensi," ujar Novela.
Menurut Novela, pengancam dan peneror terhadap dirinya adalah seorang pria dan wanita. Ia juga menyatakan satu jam setelah bersaksi di MK pekan lalu, ada seorang wanita yang langsung menelepon dirinya dengan nada ancaman.
"Ada laki-laki dan perempuan, mereka telepon, saya nggak angkat. Satu jam setelah keluar MK, wanita telepon minta tanggung jawab bahwa tak ada pencoblosan di Paniai. Padahal saya bicara Awaputu, karena itu yang saya ketahui," tutupnya.
Sementara itu, Natalius menyatakan Novela datang ke dirinya untuk menjelaskan soal isu ancaman dan teror. Menurut Natalius, Novela mengatakan tidak mempermasalahkan hasil Pilpres 2014 tapi sosialisasi Pilpres yang disebutnya tak ada di kampungnya.
"Dia datang mengklarifikasi kalau dirinya dipolitisasi yang berlebihan dengan ada opini yang menyebutkan dirinya dalam ancaman," ujar Natalius terpisah.
Novela adalah saksi Prabowo-Hatta yang sempat membuat ruang sidang MK penuh tawa. Logat bicara dan kepolosannya sempat membuat hakim MK terpingkal dalam persidangan.
(vid/spt)