"Datang untuk mengkonsolidasikan data, advokasi yang sudah kita lakukan. Saya kira mendiskusikan advokasi strategis ke depan untuk membongkar seluruh praktik kolusi yang berlangung selama tahunan dari tahun 86 selama ini tidak pernah tersentuh," kata Direktur Migrant Care, Anis Hidayah di KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (6/8/2014).
Selama ini memang terjadi pembiaran terhadap praktik pemerasan kepada para TKI di bandara Soetta. Berdasarkan data yang ada di Migrant Care, dalam sehari ada 1.000 TKI yang pulang. Sayangnya 45 persen di antaranya mengalami pemerasan di bandara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat datang ke KPK, Migrant Care juga membawa mantan TKI yang pernah menjadi korban pemerasan di bandara. Salah satu korban adalah Siti Badriyah, yang pernah menjadi TKW di Brunei Darussalam pada tahun 2004.
"Dulu kerja di Brunei Darussalam. Saya pulang melalui terminal TKI. Dulu masih terminal 3 ya. Nah itu kita dari terminal 2 dikumpulin supaya semua lewat terminal TKI diangkut bus. Sewaktu naik bus barang-barang kita itu dibawa sama porter dimasukin ke bus. Itu kita mesti bayar," jelas Siti.
"Kemudian kita naik bus dari terminal 2 ke terminal 3 harus bayar untuk sopirnya. Kemudian turunin barang harus bayar lagi. Barang kita disatuin di satu tempat, untuk ngambil bayar lagi," imbuhnya.
(kha/mok)











































