Pasar itu masih sepi karena memang baru hari pertama setelah libur lebaran. Sungguh kebetulan bilamana kakek tua penjual ikan hias keliling sedang di situ.
"Si Engkong? Dia biasa mangkal di deket DM, Daan Mogot Mal. Dia di pinggir jalan biasanya," ujar salah seorang petugas keamanan pasar di pagi hari Senin (4/8/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memutari sudut demi sudut pertokoan dan tak kunjung tampak wujud kakek itu. Tapi di salah satu sudut di mana kerbau asyik makan rumput ada pula seorang tua asyik menyiangi rumput.
"Si Engkong biasanya sore-sore di perempatan Jl Jimbaran dekat pos satpam. Saya juga kalau beli ikan sama dia. Kalau rumahnya di Jl EE, dekat Kecamatan Cengkareng," kata pria tua itu menjelang siang hari.
Benar saja kata orang itu, si Engkong yang disebut-sebut sedari tadi belum mangkal di Jl Jimbaran. Anehnya, entah kebetulan atau memang begitu adanya hampir setiap orang kenal sosok si Engkong.
Menyusuri sela-sela Jl EE pun setiap warga mengaku kenal dengan Engkong penjual ikan. Tibalah kemudian sebuah rumah reot bercat kusam menampilkan sesosok orang amat tua.
Dengan tubuh kurus itu dia keluar dari rumah yang dindingnya berhiaskan poster jenis-jenis ikan. Sedetik setelah memasang wajah heran, kakek itu tersenyum.
"Iya saya yang biasa jual ikan cupang keliling. Mari mampir dulu kalau mau lihat-lihat ikan," ujar si Engkong sambil membuka pintu lebar-lebar.
Rumah ukuran 3x5 meter persegi itu penuh dengan ikan cupang dan burung-burung emprit. Hanya ada selembar kasur tipis dan kursi usang yang bisa dipakai Engkong melepas lelah.
"Begini ini saja rumah saya. Semenjak istri saya meninggal tahun 1982, saya hidup sendiri. Ini rumah peninggalan Almarhum istri saya. Memang begini adanya, tidak ada listrik karena pernah nunggak PLN sampai berjuta-juta. Jadi dicabut listriknya," tutur Engkong itu.
"Oh ya, nama saya Sukri. Orang-orang manggil saya Engkong saja. Hampir se-Kecamatan Cengkareng kenal saya semua. Saya orang lama di sini," sebut Engkong Sukri (70) mengawali siang.
Ikan Cupang (Betta Sp.) adalah spesies ikan hias yang berhabitat asli di Asia Tenggara. Jenis ikan ini cukup populer dari kalangan anak-anak hingga dewasa di Indonesia.
Berceritalah kemudian Engkong Sukri dari awal memijakkan kaki di Jakarta dari Pekalongan pada tahun 1964 hingga akhirnya mencebur ke dunia Ikan Cupang. Sudah berbagai profesi dia lakoni, tetapi tak banyak mengubah nasib dia.
"Usaha ikan Cupang ini yang terakhir dan sepertinya saya cocok. Di usia saya yang tinggal menunggu Dipanggil ini, ternyata usaha ikan Cupang tidak membuat rezeki saya luntur. Makanya saya kasih tulisan di papan yang saya bawa jualan, 'Engkong Di Cupang Tidak Luntur', karena memang di sini usaha saya tidak luntur," kata Engkong Sukri.
(bpn/gah)