Meski seorang pengangguran, Ryan ternyata cukup berpendidikan. Dia adalah lulusan S2 Universitas Indonesia (UI) jurusan Administrasi Fiskal tahun 1998. Sejak kecil dia tinggal di Jalan Taman Sari, Jakarta Barat. Hidupnya pada dahulu kala tergolong serba berkecukupan. Tapi, itu hanya masa lalu.
Kini dia hidup susah, bahkan saudara kandungnya pun seolah tak mempedulikannya. Kondisi rumah Ryan kini kumuh, kusam dan kotor. Saat hujan datang, rumah itu bak kapal bocor karena plafonnya sudah bobrok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam rumah kondisi lebih parah, udara pengap langsung menyeruak ketika pintu dibuka. Di ruang tamu terdapat sofa lusuh yang di atasnya terdapat puluhan plastik menumpuk. Bau tak sedap mengudara di dalam rumah Ryan.
Saat melanjutkan ke ruang keluarga di sana kondisi juga sama. Terdapat koran lama yang sudah menguning di sudut ruangan dan tak ketinggalan bungkusan sampah makanan juga berserakan di sekitar sana.
Para tetangga mengatakan, Ryan memang seperti orang yang depresi. Padahal, saat SD, Ryan merupakan orang yang pintar. Tak jarang dia mendapat rangking sebagai siswa berprestasi di kelasnya.
"Dia itu stress sebenernya. Dari kecilnya dia sudah menunjukan kecenderungan seperti itu. Saya itu satu sekolah sama saya. Dari jaman sekolah dia itu pinter, rangking terus di sekolah. Saya pisahnya pas SMP," ujar Akioe, tetangga Ryan,seperti dikutip dari majalah detik edisi 139, Senin (4/8/2014).
(rvk/asp)