Sebuah masjid bercat biru terletak di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur tengah ramai diperbincangkan. Kabarnya di masjid itu pernah digelar deklarasi dan sosialisasi Ansharul Khilafah Jawa Timur, akhir Juli 2014 lalu.
Lokasi masjid bisa terbilang terpencil. Untuk menjangkaunya harus melewati jalan setapak lumayan terjal di tengah sebuah ladang, tepat melalui gapura terpasang tulisan 'Makam Umum Dusun Sempu'.
Bangunan juga masih tampak baru dengan cat warna biru, jendela berukuran sedang berjajar pada dinding bangunan, terpasang juga kubah kecil diatasnya sebagai penanda tempat itu adalah rumah ibadah umat Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya tak satupun warga menyangka masjid tersebut menjadi tempat deklarasi dan mendukung Amir Daulah Khilafah Syaikh Abu Bakr al-Baghdadi. Tapi apa benar masjid itu menjadi tempat baiat kelompok ISIS belum bisa dipastikan.
Kepanikan serta kecemasan warga timbul. Setelah santer tersiar kabar jika Ansharul Khilafah sudah mendeklarasikan dukungannya terhadap Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di masjid tersebut.
Muharim (60), salah satu warga rumahnya terpaut sekitar 200 meter dari masjid pun cemas. Selain dia, satu warga lain mendirikan rumah di kawasan ladang gersang tersebut.
"Saya tidak tahu, apa kegiatannya.tapi yang datang banyak, sebelum Lebaran lalu," jelas Muharim berbincang dengan detikcom, Senin (4/8/2014).
Muharim baru mengetahui, saat beberapa orang pemerintahan datang, selain kades maupun kepala dusun. "Katanya ya nggak izin, Pak Kasun, orang-orang pemerintahan banyak yang datang kesini beberapa hari ini," ucapnya polos.
Menurut dia, saat kegiatan itu digelar banyak yang berdatangan membawa kendaraan pribadi dengan pelat nopol luar kota. Jadi dirinya tak mengenal satupun orang-orang yang berkumpul di masjid waktu itu.
"Sore hari waktunya, mobilnya luar kota semua. Jadi saya tak kenal satupun," tuturnya. Muharim kebetulan sedang berada di dalam rumah, tak mendengar apa yang terjadi di dalam masjid, namun tak berlangsung lama semua yang datang meninggalkan lokasi.
Dirinya mengenang, disaat sebelum orang-orang asing tersebut datang. Gapura bertulis makam Dusun Sempu berdiri di ujung jalan dicopot oleh sekelompok dari mereka.
Ulah tersebut sempat membuat warga naik pitam, dan akhirnya rela memasang kembali esok harinya. "Gapuranya sempat dilepas, alasannya untuk jalan. Ditaruh di situ dekat rumah," kesalnya.
Sedikit Muharim menceritakan, sejarah berdirinya masjid tersebut. Setahun silam, warga luar dusun memiliki hak tanah mewaqofkan lahannya seluas 200 meter persegi kepada seseorang bernama Romli, warga asal Madiun yang juga tinggal di luar Desa Gading Kulon.
Selama pembangunan hingga berdiri. Tak pernah masjid digunakan umumnya tempat beribadah. Bangunan dibiarkan berdiri, tanpa dilengkapi fasilitas kenyamanan beribadah.
"Tak pernah ada kegiatan, baik solat maupun lainnya. Baru kemarin itu, kami juga tidak tahu siapa yang bawa kuncinya," ungkapnya.
Kasun Sempu Suwanto mengaku kaget adanya kegiatan tersebut. Karena tak seorang pun memberi kabar atau meminta restu menggunakan masjid tersebut. "Kami tahunya baru kemarin. Mereka tak izin siapapun," katanya ditemui terpisah.
Suwanto juga tak mengetahui siapa selama ini yang mengurus masjid tersebut. "Kami tidak tahu, siapa yang pegang kuncinya atau yang mengurusi," paparnya.
Untuk meredam kecemasan warga, Suwanto mengaku telah menggelar sebuah rapat yang selesai dilakukan malam kemarin.
Inti dari kesepakatan dalam rapat adalah warga tidak akan terpengaruh dengan kegiatan maupun ajaran yang sudah dilaksanakan di masjid tersebut.
"Soal pengawasan kita serahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang," tutupnya.
(gik/ndr)