Melihat kondisi tersebut, pengunjung museum merasa risih. "Ya risih tapi mau gimana lagi, banyak orang, dan nggak ada petugas kebersihan," ujar Anie Bahar (33) kepada detikcom, di taman museum, Jumat (1/8/2014).
Sedikitnya 500 orang mengunjungi obyek wisata tersebut tiap harinya pada masa libur lebaran. Jumlah tersebut melonjak dua hingga tiga kali lipat dari hari biasa. Membeludaknya pengunjung tersebut menyebabkan semakin banyaknya sampah berserakan di halaman museum tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih jauh, menurut Anie, tidak ada pengawasan ketat dari pihak kebersihan museum. "Petugas tidak ada yang mengawasi, kurang kontrol. Harusnya juga personilnya ditambah, apalagi libur lebaran gini," kata ibu dua orang anak tersebut.
Senada dengan Anie, petugas kebersihan museum juga membenarkan hal tersebut. "Iya banyak orang, sampah dimana-mana. Kalau sedikit-sedikit disapu, nanti tenaganya berhamburan. Gampang capek. Cuma sendirian soalnya," kata Didin (50), petugas kebersihan museum, ketika ditanya di area museum, Jumat (1/8/2014).
Menurut Didin, jumlah personel petugas kebersihan saat libur lebaran, hanya dirinya seorang. Sementara 14 petugas lainnya yang biasa bekerja di dalam dan area luar museum, sedang meliburkan diri lantaran lebaran.
Didin yang tidak meliburkan diri, merelakan bekerja meski tidak mendapatkan uang tambahan. "Ya nggak dapat uang tambahan, gaji saya sehari 50 ribu saja, mana cukup," kata pria beristri dua dan beranak lima tersebut.
Menurut Didin, pihak pemerintah tidak mengalokasikan petugas kebersihan tambahan untuk bertugas saat libur lebaran. Padahal, meningkatnya jumlah pengunjung hingga tiga kali lipat mengakibatkan lonjakan omset mencapai Rp 10 juta.
Lebih jauh, baik Anie maupun Didin menuturkan, di samping kontrol dari petugas kebersihan, pihak pengunjung juga diharapkan mampu menjaga kebersihan lingkungan.
"Perilaku masyarakatnya juga kurang, jadi sampah masih banyak di taman. Harusnya lebih sadar. Kok di negara lain bisa, kok di sini enggak?" kata Anie.
Hal senada juga diungkapkan oleh pengunjung lain, Julien Crespin (29). "Sampahnya banyak di sekitar museum ini. Mungkin masyarakat bisa lebih peduli dengan lingkungannya. Di negara saya, jauh lebih bersih daripada di sini," ujar pengunjung asal Brussel, Belgia tersebut ketika diwawancarai di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta Barat, Jumat (1/8/2014).
Berdasar pantauan detikcom, sedikitnya terdapat 12 tong sampah baik organik maupun non organik yang disediakan di area museum. Namun, hingga pukul 16.00 WIB, tong belum dipenuhi sampah. Sementara area halaman penuh dengan sampah yang berserakan. Setelah museum ditutup, tampak Didin mulai bertugas membersihkan area taman dan halaman di depan museum.
(mok/gah)