Jakarta - Sebanyak 8 asrama polisi berpenghuni 7.660 orang di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) rata dengan tanah. Mabes Polri belum mengetahui jumlah penghuni baik yang selamat atau pun tewas akibat gempa dan tsunami di daerah itu. Hal itu disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Paiman kepada wartawan di Mabes Polri, Jl. Trunojoyo, Jakarta, Kamis (30/12/2004). Asrama yang hancur itu yakni asrama Lantenan I, Lantenan II, asrama Pungoh, asrama Kebon Kelapa, asrama Ulele, asrama Brimob di Lingke, asrama Polisi Air, dan asrama di Meulaboh. Total 7.660 jiwa tinggal di 8 asrama itu. "Belum bisa dipastikan jumlah yang selamat atau tidak," kata Paiman. Mabes Polri juga kehilangan puluhan alat transportasi yang dimiliki Polda NAD. Kendaraan yang hilang itu rinciannya, 3 kendaraan trantis, 6 kapal polisi tipe C-4, 2 helikopter dan 10 mobil patroli lalu lintas. Selain itu, senjata organik milik Polda Aceh juga tidak diketahui keberadaannya.Mabes Polri, Kamis (30/12/2004) ini kembali mengirim 350 personelnya ke Aceh. Mereka terdiri dari 200 personel Brimob dari Jakarta dan 150 Brimob dari Sumatera Utara (Sumut). Mereka dikirim untuk menjaga keamanan dan melakukan pencarian senjata dan peralatan polisi yang hilang. Sebelumnya, Rabu (29/12/2004), polisi telah mengirim 740 personel. Sementara itu untuk melakukan kerja bakti bersih-bersih dan membantu penanganan musibah, Mabes Polri mengerahkan 500 personel lulusan Sekolah Polisi Negara di Aceh yang baru dilantik. Mereka juga ditugasi melakukan pengamanan terhadap SPBU dari ancaman penjarahan. Sedangkan untuk mendata kerugian dan jumlah korban yang tewas, Mabes mengirimkan tim yang Brigjen Tito Sumardi. Data sementara, polisi telah berhasil mengidentifikasi dan menguburkan 10 personelnya yang tewas. Sementara 34 polisi kini dirawat di berbagai RS di Medan dan Aceh.
(iy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini