Sedikitnya 54 WNI di Caracas bergabung bersama sejumlah WN Suriah, Irak, Iran, Mesir, Qatar dan lainnya berkumpul di Masjid Syekh Abdurrahman untuk menunaikan salat Id. Tak ada takbir yang mengumandang dan tak ada pesta kembang api saat malam takbiran.
"Merayakan lebaran di Caracas, Venezuela, berarti merayakan tanpa takbiran, petasan, bagi-bagi angpau dan keliling mengunjungi saudara," kata PF Konsuler KBRI Caracas, M Siradj melalui surat elektronik, Selasa (29/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat Indonesia hanya berjumlah sekitar 54 orang, itupun sebagian besar merupakan keluarga besar KBRI Caracas," ujar Siradj.
Walau begitu, semangat merayakan hari kemenangan tak kan padam. WNI di Caracas tetap merayakan lebaran dengan makanan khas Arab, shawarma. Makanan itu berbentuk roti tipis yang diisi sayatan daging, sayuran, tomat dan saus yogurt putih yang asam, mirip kebab.
"Selain itu, disajikan pula kue-kue arab yang manis," ujar Siradj.
Bagaimana dengan ketupat dan opor ayam, makanan khas lebaran di Indonesia? Menurut Siradj, sejumlah bumbu-bumbu untuk makanan khas Indonesia sangat sulit didapat di negara Amerika latin itu.
"Ada juga warga Indonesia yang menyajikan hidangan semirip mungkin dengan di tanah air. Misalnya ketupat bungkus plastik, opor ayam, sayur dan sambal. Tidak mudah untuk memperoleh bahan-bahan seperti lengkuas, jahe, kecap, sambal dan bumbu-bumbu khas lainnya," ujar Siradj.
Sehingga sebagian besar WNI di sana hanya bisa menikmati shawarma dari WN Suriah yang terkenal sebagai pengusaha sukses di Venezuela. Bahkan beberapa WN Suriah di sana memiliki pusat perbelanjaan.
"Mereka juga membangun masjid di kota-kota lain seperti Puerto Ordaz. Beberapa kedutaan besar dari negara muslim juga mengadakan open house," ujar Siradj.
(vid/vid)