Selasa, (22/7/2014) sejumlah reporter media asing terlihat berdiri untuk meliput hasil rekapitulasi di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Mereka berjejer di depan kantor KPU menunggu pengumuman hasil rekapitulasi.
Beberapa kali mereka meminta para petinggi parpol atau nara sumber lainnya untuk menyampaikan pernyataannya dalam bahasa Inggris. Sayangnya, permintaan ini beberapa kali ditolak oleh nara sumber seperti halnya saat tim saksi Prabowo-Hatta walk out.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"No.. No.. No I don't," kata Rambe sambil melambaikan tangan ke kamera Daniel.
Penolakan itu kembali diterimanya saat mewawancarai salah satu aparat kepolisian tentang pengamanan di kantor KPU. Mereka baru dapat bernapas lega saat Ketua MPR Sidharto Danusubroto bersedia menjelaskan pendapatnya dalam bahasa Inggris tentang penolakan kubu Prabowo-Hatta pada proses pilpres kali ini.
Menurut Daniel, pernyataan para narasumber dalam bahasa Inggris menjadi penting. Tak hanya itu, pernyataan dalam bahasa Inggris membuat mereka lebih mudah mengerti dan akan mempercepat pembuatan narasi untuk tayangan live mereka.
Senada dengan Daniel, kontributor AFP untuk Indonesia Gianrigo Marletta, mengatakan pernyataan dengan bahasa Inggris tak akan membuat pernyataan menjadi multi tafsir.
"Kalau dalam bahasa Inggris akan mudah dimengerti oleh semua orang," ujar Gianrigo.
Menurut Gianrigo yang sudah 3 tahun 6 bulan di Indonesia tantangan utama liputan di Indonesia yakni udara dan cuaca yang panas. Namun, ia menyatakan bila meliput liputan pemilu di Indonesia lebih enak bila dibandingkan saat ia meliput di Malaysia.
Ia mengatakan, awak media di Indonesia jauh lebih terkoordinir jika dibandingkan dengan awak media Malaysia.
"Di Indonesia, semua jurnalis lebih teratur. Waktu di Malaysia, saya mendapati jurnalisnya tidak teratur. Saling mendahului di depan," ujarnya.
Para pewarta ini kebanyakan menunggu hingga KPU menyatakan secara resmi pemenang Pilpres 2014. Sebagian sudah dilengkapi dengan TVU dan berbagai peralatan untuk bisa live dari Indonesia.
Setidaknya jurnalis internasional seperti CNN, AFP, Sky News, BBC, ABC, Al Jazeera dan beberapa media asal negara Jepang, Thailand dan negara tetangga lainnya.
(bil/gah)