Pihak SMP Negeri 1 Bogor memberikan penjelasan mengenai Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) yang digelar. Pihak sekolah memastikan pelaksanaan MOPDB yang melibatkan guru dan OSIS dilakukan secara demokratis.
"Dikatakan demokratis karena mulai dari pembuatan program sampai ke proses pelaksanaan guru-guru senantiasa melibatkan siswa yang tergabung dalam OSIS untuk bermusyawarah secara terbuka," ujar Humas SMP Negeri 1 Bogor, Asep Saepudin dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Rabu (16/7/2014).
Asep menjelaskan, pelaksanaan dan tugas yang diberikan OSIS yang dinilai memberi gap antara senior-dan junior oleh orang tua murid, sebenarnya sudah disepakati dengan sejumlah pertimbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tugas yang diberikan menurut Asep tidak memberatkan peserta MOPDB juga orang tua artinya masih dalam batasan-batasan tertentu yang dapat ditolerir. "Tidak melakukan pendekatan punishment terhadap sebuah pelanggaran akan tetapi lebih mengedepankan diskusi terbuka yang lebih humanis agar terjalin kesepahaman akan kesalahan dan pentingnya mematuhi aturan secara demokratis," terangnya.
Sejumlah tugas yang harus dilakukan selama proses MOPDB diantaranya, penjemputan 100 meter dari sekolah sebagai batas pengantaran peserta didik. Tugas ini bertujuan selain membiasakan kemandirian kepada siswa juga menghadirkan kondisi real kepada peserta didik baru pada saat pembelajaran berlangsung.
"Karena hampir semua orang tua siswa mengantarkan putra putrinya dengan mobil pribadi ke sekolah, sehingga terjadi penumpukan kendaraan dan kemacetan parah di Jalan Juanda, kondisi ini biasanya memaksa banyak orang tua untuk menurunkan putra putrinya jauh dari lokasi sekolah," papar Asep.
Sedangkan tugas pembuatan tempat pensi dari botol air mineral bertujuan membiasakan sekaligus melakukan gerakan penyadaran kepada seluruh peserta didik untuk mulai sadar lingkungan dan melakukan gerakan recycle yang akan menjadi program sekolah.
Ketiga, pembuatan Esei mengenai pahlawan dan otobiografi peserta didik dengan tujuan meningkatkan kreatifitas dalam menulis juga untuk meningkatkan nasionalisme dan kesadaran menghargai jasa-jasa pahlawan bangsa
"Membawa berbagai jenis makanan dengan teka-teki tertentu dimaksudkan selain untuk meningkatkan kreatifitas berpikir juga meningkatkan kesadaran peserta didik baru untuk berbagi dengan pihak lain yang kurang beruntung, karena makanan yang dibawa oleh mereka akan dikemas menjadi bingkisan yang akan dibagikan kepada anak yatim piatu pada saat buka puasa bersama," jelas Asep.
Tugas-tugas yang diberikan, sebut Asep ditindaklanjuti dengan pemberian penghargaan dari kepala sekolah terhadap tiga karya terbaik dan pemasangan hasil karya di mading dan "etalase" sekolah, sebagai bentuk penghargaan terhadap hasil karya siswa.
(fdn/fiq)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini