Duh, Tiket Pesawat Jakarta-Medan Kok Sampai Dicalo

Duh, Tiket Pesawat Jakarta-Medan Kok Sampai Dicalo

- detikNews
Selasa, 28 Des 2004 18:26 WIB
Jakarta - Para calo memang keterlaluan. Masak, mereka sampai tega mencalokan tiket pesawat Jakarta-Medan yang kini banyak diserbu warga Sumut dan Aceh. Wuih, harganya selangit, tiga kali lipat! Sebaiknya aparat bertindak tegas. Tiket pesawat Jakarta-Banda Aceh dan Jakarta-Medan dari semua maskapai penerbangan, banyak diserbu oleh warga. Hampir seluruh para calon penumpang pesawat adalah warga Aceh dan Sumatera Utara yang ingin menengok keluarganya di kampung pasca musibah gelombang Tsunami. Herman Ibrahim (40), termasuk yang ditawari tiket para calo itu. Ini dialaminya saat berada di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Selasa (28/12/2004). Sebelumnya, dia sudah ikut antre pembelian tiket pesawat menuju Medan di sejumlah loket, termasuk Garuda. Dia ingin berangkat ke Medan hari ini. Tapi, sayang, tiket sudah habis dan dia tidak mendapatkannya. Akhirnya, dia pun bingung dan menunggu di kursi tunggu. Datanglah sang calo menawarkan tiket menuju Medan. Betul-betul gila! Sang calo menawarkan harga tiket tiga kali lipat. Untuk pesawat Garuda, calo itu menawarkan harga Rp 1,2 juta, sedangkan untuk Jatayu Airlines Rp 950 ribu. "Kalau boleh ditawar Rp 550 ribu, saya beli mas," kata dia. Herman memang bukan orang yang berlimpah uang. Herman berasal dari Samalanga, Bireun, Aceh. Dia merantau ke Cilacap, Jawa Tengah dan bekerja di kontraktor bangunan. "Begitu saya menyaksikan musibah di Aceh itu, saya langsung ke Jakarta untuk cari pesawat," kata Herman. Dia tiba di Jakarta pada Selasa (28/12/2004) pagi. Kemudian sesampai di bandara, dia langsung ikut antre pembelian tiket. Tapi, ternyata peminat pesawat ke Medan sangat banyak. "Saya sudah ke Garuda, Adam Air, Jatayu, Mandala, sudah habis semua," ujarnya. Meski mencari tiket tujuan Medan, namun sebenarnya Herman mengaku akan ke Aceh. Tepatnya, dia ingin menuju Samalanga, Bireun. Di daerah itu, ibundanya, Ny Habsyah (70), bertempat tinggal. "Saya ingin ke Bireun. Lebih dekat kalau saya naik bus dari Medan," kata dia. Dia belum mengetahui bagaimana nasib ibunya itu. Karena itulah, perasaan Herman tak karuan, karena masih memikirkan nasib ibunya. Dia mengaku terakhir berkomunikasi lewat telepon dengan ibunya sebulan lalu. Sebenarnya, Herman juga memiliki adik bernama Muslihati yang tinggal di Lhokseumawe, Aceh Utara. "Tapi, informasi dari teman-teman, dia sudah meninggal. Karena itu, saya ingin mencari tahu nasib ibu," ungkap dia sedih. (asy/)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads