Sejumlah kejanggalan form C1 yang diunggah di website resmi KPU dinilai oleh Komite Pemilih Indonesia ada unsur manipulasi.
“Kejanggalan yang diungkap ini bukannya tidak disengaja, karena kejanggalan banyak dan tidak rasional angkanya,” kata Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow kepada detikcom saat dihubungi via telepon, Sabtu (12/7/2014).
Jeirry mengaku tak terkejut dengan adanya kejanggalan-kejanggalan data ini karena ia menemukan masalah yang serupa ketika Pileg lalu. “Ini pola manipulasi C1 lama. Di Pileg lalu sudah terjadi,” katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, mekanisme yang tidak jelas sehingga sulit dipastikan apakah data yang diunggah merupakan data yang benar atau tidak. “Problem ini tidak pernah diperhatikan oleh KPU sejak pileg lalu.”
Kedua, tidak jelasnya identitas pengunggah dan dari mana data itu diunggah. “Apakah data itu di-upload dari desa, atau dari kecamatan, atau dari TPS,” ujarnya. Dan yang terakhir yaitu masalah ada atau tidaknya keterlibatan lembaga pengawas atau saksi.
Jeirry pun mencurigai adanya permainan yang dilakukan pihak internal penyelenggara. “Apakah ini kesalahan tulis, penjumlahan, atau kesengajaan. Semua ini internal penyelenggara yang kita curiga sejak dulu mereka bermain,” tuturnya.
Menurut Jeirry, kesalahan-kesalahan yang terjadi tak semata soal angka, tapi proses rekapitulasi juga banyak masalah. Ia mengimbau KPU sebagai penyelenggara untuk segera mengklarifikasi. “Fenomena ini harus disikapi oleh KPU, berbahaya jika ini diwacanakan terus yang akhirnya jadi legitimasi sampai tanggal 22 Juli besok,” tegasnya.
Ia juga meminta kedua pasangan calon untuk tak menjadikan pengunggahan data form C1 yang bermasalah ini untuk klaim kemenangan. Selain itu, Jeirry mengatakan besarnya kemungkinan terjadinya kesalahan data form C1 di wilayah lain di Indonesia yang tentunya merugikan salah satu kubu pasangan calon.
“Sangat mungkin terjadi pada data yang sedang atau akan di-upload. Angka total sama ada 2 C1 dari TPS yang sama, ditandatangani oleh saksi dan KPPS yang sama tapi totalnya berbeda tapi pemilihnya breakdown dari masing-masing partai berbeda,” ujarnya menguraikan.
KPU meminta masyarakat tidak langsung menganggap kejanggalan formulir C1 sebagai suatu kesengajaan untuk mencurangi. Tidak semua petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) memiliki kemampuan yang sama hingga bisa saja terjadi kekeliruan.
"Saya minta tim di sini juga untuk cek. Itu bukan kesengajaan tapi ketidakmampuan (petugas)," kata Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay di kantornya, Jl Imam Bonjol, Jakpus, Sabtu (12/7/2014).











































