"Memang harus dibuka datanya. Penyandang dananya, metodenya, sektenya, variabelnya, populasinya, dan siapa orang-orang yang ditugaskan di TPS sehingga tidak ada yang dobel. Itu harus transparan," ujar Benny kepada media.
Hal itu ia sampaikan dalam acara bertajuk 'Wujudkan Pilpres Damai Tanpa Mengintervensi Suara Rakyat' yang diselenggarakan Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia di Galeri Cemara 6, Jl. HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan yang sama, anggota Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia lain yang juga peneliti LIPI, Prof. Mochtar Pabottingi, menyebutkan bahwa ada salah satu kubu yang selalu menolak lembaga surveinya untuk dibuka data-datanya kepada masyarakat.
"Kita selalu lihat bagaimana salah satu kubu menolak lembaga surveinya untuk dihadapkan kedepan (masyarakat). Itu pertanda yang tidak baik. Transparansi adalah syarat mutlak demokrasi secara prosedural," tutur Mochtar.
Benny pun mempertanyakan alasan ketidakhadiran tiga lembaga survei dalam pemanggilan Persepi. Menurutnya, panggilan itu seharusnya dijadikan ajang bagi lembaga terkait untuk membela diri dengan mengungkapkan kredibilitasnya kepada publik.
"Justru kalau tidak datang, berarti ada masalah lembaga itu. Kalau memang lembaga itu fair dan kredibel ya harusnya datang," katanya.
(trq/trq)











































