"Alasanku sok idealis, tak mau mempercayakan mandatku pada eksekutif dan parlemen yang dipilih dalam sistem yang korup," kata Ninin, dari Lampung, Rabu (9/7).
Mantan wartawan di harian nasional ini mengatakan keputusannya untuk 'tobat' dari golput terjadi pada sekitar tiga pekan lalu. Sejumlah narasumbernya mengungkapkan sepak terjang Prabowo Subianto. Sementara mesin pendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilainya tak berjalan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah yang kurang lebih serupa juga diambil John Robert Purba, seorang insinyur di anak perusahaan Astra Group. Dulu, kata Robert, dia menganggap tak ada pemimpin yang bisa dipercaya. Kini, dia merasa situasi sudah berubah.
"Ada kesadaran diri bahwa ada kok tokoh atau pemimpin yang bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ujar John.
Adapun Hadriani Pudjiarti, seorang wartawati di Jakarta, mengatakan keputusannya tak golput lagi lantaran melihat ada gerakan moral rakyat yang mengharukannya. "Bukan soal Jokowi-JK, tapi saya percaya gerakan ini karena rakyat percaya," katanya.
Hani, demikian ia akrab dipanggil, mengatakan keputusannya golput sejak 15 tahun lalu lantaran kecewa dengan sistem pemerintahan. Menurutnya, munculnya sikap berhenti golput adalah hasil proses dan masyarakat ingin menjadi bagian momen bersejarah.
Kalau nanti Jokowi kalah? "Saya akan berbesar hati," kata Hani. Tapi kalau menang dan mengingkari janjinya, "Saya akan golput lagi," ujarnya lagi.
Ada golput yang 'turun gunung' ada juga yang setia. Dia adalah Indra Pratama. Lelaki asal Bandung yang sudah golput selama belasan tahun ini memutuskan tetap setia pada pilihannya dan tak larut dalam euforia.
Di Tempat Pemungutan Suara di Kelurahan Pasirkaliki, Cimahi, hari ini, Indra memutuskan datang dan merobek surat suaranya. "Supaya tidak disalahgunakan," kata dia, yang dalam perjalanan kembali ke Jakarta.
(DES/brn)











































